Mohon tunggu...
Titi CahyaningrumWidyadhana
Titi CahyaningrumWidyadhana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sedan berkuliah di Universitas PGRIS Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

6 November 2022   23:30 Diperbarui: 6 November 2022   23:28 1424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”

KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut:

“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)

KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya peserta didik di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan peserta didik di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.

Mengenai Pendidikan dengan perspektif global, KHD mengingatkan bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik.

KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi murid Abad ke-21, tentu sangat berbeda dengan para peserta didik pertengahan dan akhir abad ke-20. Kodrat alam Indonesia dengan memiliki 2 musim (musim hujan dan musim kemarau) serta bentangan alam mulai dari pesisir pantai hingga pegunungan memiliki keberagaman dalam memaknai dan menghayati hidup. Demikian pula dengan zaman yang terus berkembang dinamis mempengaruhi cara pendidik menuntun para murid.

Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Contohnya ketika ada seseorang berperilaku tidak jujur ia mengambil seseuatu di kantin maka seseorang tersebut akan terlatih budi pekertinya. Kognitif wawasan tentang kejujuaran. Afektif perasaan gelisah ketika tidak jujur. Psikotorik melatih kejujuran sehingga dapat berkata jujur

Sistem among Menurut ki hadjar dewantara Menyongkong kodrat alamnya anak-anak yang kita didik agar dapat mengembangkan hidupnya lahir dan batin menurut kodratnya sendiri sendiri. Sifat among berhubungan dengan Kodrat alam dan merdeka.Memberikan contoh tentang baik dan buruk tanpa harus mengambil hak murid agar bias tumbuh dan berkembang dalam suasana batin yang merdeka sesuai dengan dasarnya.

  • Ing ngarso sung tulodho
    (di depan memberi teladhan)
    Guru memahami secara utuh untuk membantu murid menjadi teladhan untuk bukti pekerti dan tingkah laku
  • Ing madyo mangon karso
    (di tengah membangun kehendak )
  • Guru diharapakan dapat membangun komunikasi yang baik untuk dapat menuntu murid.Guru diharapkan mampu membangkitkan semangat, berswakarsa, dan brekreasi bersama murid dengan membuka dialog dengan murid , berperan sebagai narasumber dan penuntun
  • Tut wuri handayani 
  • (Di belakang memberi dorongan )
    Guru tidak hanya memberikan motivasi tetapi guru juga memberikan rekomendasi dari hasil pengamatannya agar murid mampu mengeksplorasi daya cipta, rasa, karsa dan karya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun