Mohon tunggu...
Titi Ariswati
Titi Ariswati Mohon Tunggu... Penulis - Puisititi untuk sahabat sejati

Jemari menari tebar asa suci menuju mulia hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harus Tas Gendong

12 Agustus 2023   18:00 Diperbarui: 12 Agustus 2023   18:11 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Harus Tas Gendong

Ketika surat tugas terbit kala itu, menghadiri undangan ke kantor pusat di Jakarta, adalah kesempatan untuk bertemu saudara-saudara.

Saudara yang paling mudah dijangkau yaitu yang tinggal di Jati Bening. Dari Purwokerto naik bus umum, turun di pintu tol Jati Bening. Berjalan kaki naik ke atas melalui jalan setapak, menyeberang jembatan, kemudian turun. Tidak jauh kemudian sampailah ke rumah saudara.

Pagi hari, bersama saudara, berangkat menuju pemberhentian bus.  Menunggu bus dari arah Bekasi menuju Jakarta.

Bus besar bermuatan penuh tetap menaikkan penumpang yang sudah menunggu lama. Tangan yang menenteng tas dan yang tersampir di pundak menjadikan sulit untuk berpegang pada pintu bus agar bisa naik.

Di tengah sesaknya penumpang, tak ada tempat duduk. Posisi berdiri harus  berpegang pada besi di atas kepala dengan kuat, agar goncangan yang terjadi tidak membuat tubuh roboh menimpa penumpang lain.

Pemandangan di dalam bus sungguh berlawanan dengan perjuanganku untuk terangkut. Penumpang yang duduk, lebih dulu naik, sebagian besar tertidur nyenyak. Mereka tentu bangun sebelum subuh, lalu berangkat setelah subuh. Tentu masih ngantuk karena pulang kerja,  sampai di rumah sudah malam. Tidur sebentar sudah harus segera bangun untuk bersiap berangkat lagi. Beda denganku, yang tinggal di daerah.  Cukup istirahat di malam hari karena jarak rumah dan kantor tidak sampai dua kilo meter. Kalaupun harus jauh dari rumah karena mutasi beda kota, aku tetap mencari tempat tinggal yang cukup jalan kaki ke kantor alias dekat.

Memasuki daerah perkantoran, penumpang yang tidur nyenyak sebagian sudah bangun. Mungkin mereka bersiap turun, takut terlewat dari tujuannya.

Dua tanganku pegal karena berpegangan pada besi di atas kepala dan memegang tas. Sementara tali tas yang di pundak sebentar-sebentar melorot.

Cukup jauh perjalan dari Jati Bening ke Jalan Gatot Subroto. Bersyukur, bus berhenti di halte depan kantor pusat. Saudaraku masih ada di bus, melanjutkan perjalanan, karena kantornya masih jauh.

Aku melihat anak-anak muda dengan lincah naik turun bus tanpa repot memegang tas. Kedua angannya bebas tanpa beban, dengan ringan berpegang pada besi di tangga naik. Turun pun lincah berjalan dengan santai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun