Mohon tunggu...
titiaminah
titiaminah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca, menonton, dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kesehatan Mental Pada Remaja Di Indonesia

13 Desember 2024   14:32 Diperbarui: 13 Desember 2024   14:32 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan mental yang terjadi pada remaja 

Istilah "kesehatan mental" semakin marak di kalangan remaja saat ini. Mereka sering menulis tentang depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar. Tidak banyak orang yang benar-benar memahami arti istilah-istilah tersebut. Tidak jarang mereka melakukan self-diagnosis dengan bergantung pada artikel-artikel yang ditemukan di internet.
Ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan pemahaman yang salah tentang penyakit jiwa. Anxiety, juga dikenal sebagai gangguan kecemasan, adalah perasaan yang muncul karena seseorang tidak nyaman, takut, atau cemas terlalu banyak tentang sesuatu. Namun, gangguan itu sebenarnya lebih dari itu.
Gangguan kecemasan adalah ketika seseorang merasa takut, cemas, gelisah, atau gugup karena hal itu mengganggu aktivitas sehari-hari mereka. Ujian sekolah, kunjungan ke dokter, atau rapat dengan dewan direksi dapat menyebabkan masalah ini. Namun, asumsi-asumsi negatif yang terus muncul dan tidak dapat dihindari juga dapat menyebabkan gangguan ini.Oleh karena itu, kecemasan atau gangguan kecemasan dapat didefinisikan sebagai hanya perasaan cemas. Bagi orang lain, gangguan tersebut mungkin terlihat atau terdengar seperti sesuatu yang tidak seharusnya ditakutkan oleh banyak hal yang dapat menyebabkannya. 

Sekitar 5,5% remaja usia 10-17 tahun mengalami gangguan mental menurut survei I-NAMHS (Indonesia National Adolescent Mental Health Survey) tahun 2022. Kecemasan menjadi masalah kesehatan mental yang paling tinggi dialami remaja Indonesia, lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada remaja laki-laki. Prevalensi hiperaktivitas atau masalah terkait pemusatan perhatian dialami lebih tinggi pada remaja laki-laki dibanding remaja perempuan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun