"Yah, besok Andi raport-an, Ayah yang ambil, ya?"
"Loooh..kok besok sih Bunda, besok Ayah  kan ada meeting.."
"Meeting apaan lagi sih Yah, hari Sabtu ini.."
"Meeting..emm.. mancing bareng teman-teman, Bund.. "
"mancing apa meeting?"
"Ya..mancing sambil meeting, Bund.. kan menjalin networking, Bund.. networking itu puenting!! biar rejeki lancar.. Kan nanti Bunda  juga yang senang.."
Obrolan seperti di atas seperti sudah menjadi  fenomena yang lumrah di setiap rumah tangga masa kini. Seolah telah terjadi kesepakatan tak tertulis, bahwa tugas Ayah mencari uang, dan tugas Bunda adalah mengurus rumah tangga dan mendidik anak.  Jadi jangan berharap terlalu banyak untuk mendapatkan perhatian  dan waktu Ayah untuk keluarga dan anak, meskipun di hari libur. Karena Ayah harus fokus..fokus..dan fokus memburu rezeki di luar sana.
                                                   ******************************
AYAH CINTA PERTAMAKU
Entah karena kesibukan dalam mencari nafkah atau karena budaya patriarki. seringkali seorang ayah merasa tidak perlu terlalu banyak berperan dalam pendidikan anak-anaknya. Dengan asumsi bahwa tugas ayah mencari nafkah, dan tugas ibu adalah mendidik anak, maka banyak ayah yang menyerahkan segala tanggung jawab pengasuhan pada ibu . Bahkan bila si anak berbuat nakal, maka serta merta ayah menyalahkan ibu. Tanpa pernah mau tahu bahwa dirinya juga turut berperan dalam kesalahan pendidikan seorang anak.
Padahal peranan seorang  ayah sangat besar dalam membentuk karakter anak, baik laki-laki maupun perempuan. Seorang anak laki-laki akan tumbuh menjadi pribadi yang pemberani, tangkas dan tangguh bila mendapat didikan dari ayahnya.Â