Mohon tunggu...
Titi Warsiti
Titi Warsiti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya seorang yang simple, ceria dan senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Nasehat Ibuku

27 Maret 2011   02:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:24 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13011936431772755821

[caption id="attachment_97057" align="alignleft" width="250" caption="Memasak bersama Ibu, image from http://lifestyle.okezone.com"][/caption] Minggu pagi yang cerah dan ceria, saat aku menemani dan membantu ibuku menyiapkan masakan buat sarapan pagi, kami berdua mengobrolkan sesuatu, dan Ibuku selalu saja memberikan nasehatnya kepadaku dan pagi ini ibuku menasehatiku agak lain dari biasanya, inilah nasehatnya ; Coba Ti..., kamu siapkan wortel, telur dan biji kopi ya... kita akan menyiapkan sesuatu, aku menuruti saja semua perintah Ibuku. Sambil menyiapkan masakan pagi ini Ibuku bertanya, "kalau kamu mau memilih dari ketiga bahan ini kamu mau memilih yang mana Ti?". Jelas aku tidak mengerti apa maksud dari pertanyaan Ibuku ini, dalam kebingunganku lalu Ibuku bercerita ; Begini Ti...., coba kamu bayangkan apa jadinya bila kita memasak ketiga bahan ini ke dalam sebuah air mendidih? Ayo kita mencobanya, pertama wortel kita masak dengan air mendidih ini dan wortel berubah dari keras menjadi lunak, lalu kita coba dengan telur kita masak juga dengan air mendidih dan telurpun berubah dari lembut menjadi keras, dan terakhir biji kopi sama kita masak dengan air mendidih ini dan hasilnya biji kopi yang semula keras tetap saja menjadi keras, tetapi perubahannya hanya memberikan aroma kopi yang sangat harum pada air mendidih itu. Setelah semuanya selesai, Ibuku bertanya lagi..., apa yang dapat kamu simpulkan dari semua yang kita masak ini Ti? Tetap saja aku diam kebingungan, tidak bisa menjawab pertanyaan Ibuku itu. Inilah penjelasan dari Ibuku mengenai semua masakan yang baru saja kita lakukan itu ; Ini semua sesungguhnya hanya 'symbol' tentang 'kekuatan' mental dan pribadi kita selaku manusia terhadap sebuah 'masalah kehidupan' dengan segala 'hambatan' dan 'tantangan' yang ada, coba kamu lihat wortel ini, awalnya keras setelah direbus menjadi lunak, apakah kita ingin seperti wortel ini? Awalnya kita keras dan kuat tetapi kemudian menjadi lunak dan lemah akibat mendapatkan masalah hidup, atau kita ingin seperti telur yang awalnya lembut kemudian menjadi keras dan kaku setelah mendapatkan masalah hidup? atau kita ingin seperti biji kopi yang tidak pernah berubah meski mendapat banyak masalah hidup, justru dengan berbagai tekanan hidup, penderitaan hidup dan tantangan hidup yang dialaminya dia tetap memberikan aroma yang harum untuk lingkungannya? Nah! sekarang kamu pasti sudah memahami semuanya ya...?, sekarang tinggal kamu sendiri akan memilih yang mana untuk menjadikan mental dan pribadimu kelak dalam menghadapi setiap masalah-masalah yang ada dalam kehidupan ini. Memang dalam kehidupan ini kadang kita bisa seperti wortel, awalnya keras dan kuat, tapi saat kita mendapat masalah, kita menjadi lunak dan lemah, dan kadang kita juga bisa seperti telur, yang awalnya kita lembut, sabar dan tabah tapi saat kita medapatkan masalah kita berubah menjadi keras/kaku, pemarah, mudah emosi, namun kita juga bisa seperti biji kopi yang memiliki kekuatan yang stabil dan tidak pernah berubah sekalipun mendapatkan sekian banyak masalah, kita tetap bisa menjaga semuanya, malah bisa memberikan kebaikan kepada lingkungan sekitarnya. Sungguh sebuah pilihan hidup yang harus kita pilih dan kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan rasa haru aku memeluk Ibuku yang sudah memberikan nasehat dan contoh nyata kepadaku dipagi ini, sekalipun nasehat itu sederhana dan dilakukan didapur, namun hikmah dan makna dari nasehat itu sangat berarti sekali buat kehidupanku kelak. Terima kasih Ibuku, memang Ibu adalah cahaya hidup bagiku..., I do love you Ibu... Salam Kompasiana, Titi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun