[caption id="attachment_136170" align="aligncenter" width="200" caption="Jati Diri Bangsa, from google image"][/caption] Banyak kita jumpai di masyarakat kita kejadian-kejadian yang sangat memperihatinkan sehubungan dengan kestabilan mental hingga kesehatan jiwa dari anak bangsa ini. Mengapa penulis perlu mengangkat thema ini? Coba kita amati dengan sedikit cermat sekelumit kejadian ini:
- Aksi tawuran mulai dari pelajar/mahasiswa, sekelompok masyarakat (antar kampung) dan lain-lain.
- Ulah supporter seperti saat mendukung tim yang diidolakannya.
- Seorang ibu yang menelantarkan anaknya hingga membunuh anaknya dengan alasan yang sangat memperihatinkan.
- Seorang kakek memperkosa cucunya.
- Ulah supir angkutan yang memperkosa penumpangnya.
- Perilaku pengemis dan gepeng serta pengamen jalanan yang meminta uang di lampu merah.
- Pelaku peminta sumbangan dengan dalih mendanai anak yatim, mesjid atau lainnya yang berkedok agama tertentu.
- Perilaku pengendara motor/mobil yang ugal-ugalan dijalan raya.
- Aksi pencurian sepeda motor yang terkoordinir dengan rapi.
- Aksi mencurian Pulsa Seluler yang marak sekali.
- Aksi demo dengan berbagai alasan di berbagai daerah, mulai pilkada, kaum buruh dan lain-lain yang berujung anarki/kekerasan hingga nyawa menjadi taruhannya.
- Perilaku para pemimpin/pejabat saat bersidang di parlemen, hingga ada tindak pemukulan, pelemparan hingga caci-maki dan lain-lainnya.
Dan masih banyak lain-lainnya. Mungkin sebagian kita pasti melihat, mendengar semua kejadian diatas itu, namun ada yang menyimak, ada yang hanya mengelus dada/perihatin, hingga ada yang menjadikannya sesuatu yang biasa saja karena sudah membudaya akibat seringnya terjadi. Pertanyaannya: Apakah hal ini akan dibiarkan saja?, sampai kapan?, apa penyebab yang paling krusial?, adakah upaya untuk mengurangi/mengatasinya? dan masih banyak sederet pertanyaan lainnya... Banyak pendapat yang mencoba memberikan analisa dari semua fenomena yang sudah menasional ini, antara lain: - Adanya dekadensi moral - Keadaan ekonomi yang tidak/cenderung kurang berkembang sehingga belum mensejahterakan rakyatnya, sehingga terjadi kesenjangan yang sangat mencolok di masyarakat, yang kaya makin kaya, yang melarat makin terpuruk. - Belum adanya keterpihakan para pengayom bangsa kepada rakyatnya, baru sebatas kelompok/partainya saja, atau baru sebatas wacana tentang perekonomian kerakyatan. - Tidak adanya tempat/wadah yang menampung semua keluhan/pengaduan yang benar-benar peduli dengan aksi yang nyata terhadap semua keluhan yang terjadi di masyarakat kita. - Ketidak-pedulian semua aparat/pendidik/pemuka masyarakat/tenaga professional yang kurang mau atau tidaknya focus kepada semua kejadian diatas. (contoh dokter yang hanya menangani penyakit di RS/hanya mengatasi penyakit fisik, Pemuka agama yang hanya mengisi/ceramah di mesjid/saat-saat tertentu saja, dll) - Dan masih banyak pendapat lainnya. Memang ini merupakan pekerjaan rumah yang sangat banyak dan membutuhkan penyelesaian secara baik, berkelanjutan/simultan. Semua ini bukan saja tugas dari pemerintah dan aparatnya, namun melibatkan semuanya...semua lapisan masyarakat tanpa pengecualian, mulai dari tenaga professional (dokter, guru, pengacara dll), pemuka agama, budayawan, politikus, pemuda/mahasiswa/pelajar dan lain-lain. Bila semuanya terintegrasi dalam bentuk yang sinergi satu sama lain tanpa mengkotak-kotakkan, semuanya terlibat dan peduli, pasti semua masalah diatas dapat dicarikan jalan keluarnya dengan baik, semoga saja... Salam peduli. Titi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H