Mohon tunggu...
Titi Warsiti
Titi Warsiti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya seorang yang simple, ceria dan senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelajaran bagi Para Bapak

30 September 2011   01:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:29 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_134075" align="alignright" width="320" caption="Ilustrasi Kekerasan, courtesy of tribunnews.com"][/caption] Pagi ini klinik kami kedatangan tujuh orang anak didampingi orang tuanya masing-masing karena mengalami tindak kekerasan berupa pemukulan oleh seseorang (dewasa) yang menurut pengakuan para korban pelakunya adalah orang dewasa yang masih kerabat dekat pembesar desa/perangkat desa. Kronologis kejadiannya, ketika ketujuh anak ini bermain Play Station (PS) dirumah seorang anak kerabat pembesar desa ini, entah sebab apa, sang bapak tiba-tiba mengusir anak-anak ini yang tengah asyik bermain PS itu, namun anaknya pemilik rumah menangis saat semua temannya disuruh pulang, seketika itu juga sang bapak emosi dan marah yang tidak terkendali kepada anaknya, namun marahnya keterusan hingga memukul semua teman-temannya ketujuh anak yang jadi korban penganiayaan tersebut. Entah oleh sebab apa, tiba-tiba sang bapak pemilik rumah memukuli ke tujuh anak ini hingga ada yang luka memar, luka robek di pelipis, luka robek di bibir dan ada yang luka hematom di lapisan sclera mata (bagian putih dari mata). Sehingga masing-masing orang tua anak-anak ini membawa secara rombongan ke dokter kami di klinik, untuk mendapat pengobatan akibat tindak kekerasan itu. Atas saran salah satu orang tua pasien yang tidak terima atas perlakuan kepada anaknya, mengusulkan untuk segera melapor ke aparat kepolisian guna meminta keadilan, namun ada juga yang membantah karena takut kepada pelaku tindak kekerasan yang masih kerabat pembesar desa tersebut, akhirnya atas nasehat dari dokter dan kesepakatan bersama, akhirnya mereka memutuskan untuk melapor kepada aparat kepolisian untuk meminta keadilan, dan dokter juga bersedia membantu untuk membuatkan keterangan bila dibutuhkan atas luka-luka yang dialami (visum luka) jika diperlukan. Inilah sebuah fakta yang terjadi dimasyarakat kita, sekalipun ditingkat desa seperti Baturraden, masih ada saja orang yang mengaku dewasa melakukan tindakan diluar batas (kekarasan terhadap anak) yang akhirnya juga melanggar wilayah hukum. Apakah tidak ada cara yang lebih bijak untuk meminta anak-anak yang sedang asyik bermain bersama di sebuah tempat untuk menyudahi permainannya, yang namanya anak-anak, mungkin saat bermain mengeluarkan teriakan yang sangat menggangu pemilik rumah, sehingga emosipun tersulut dan tidak terkendali. Namun apapun alasannya, apakah bisa dibenarkan melakukan penganiayaan/pemukulan kepada sekelompok anak-anak, yang sekalipun sering menimbulkan suara yang riuh saat bermain, tapi aku kira itu sudah menjadi kebiasaan anak-anak seperti di sekolah dasar (SD) yang ramai dengan hiruk-pikuk suara dan teriakan anak-anak saat bermain. Sekarang tinggal kita saja bagaimana menyikapi keriuhan suara anak-anak ini, jangan dengan alasan yang tidak bijak lalu melakukan tindak kekerasan berupa pemukulan yang berakibat luka-luka yang cukup serius pana anak-anak ini. Inilah bentuk keperibadian orang dewasa yang kadang sulit diduga, yang mudah sekali tersulut emosi, sekalipun penyebabnya sangat wajar dan lumrah seperti riuhnya suara anak-anak saat bermain. Namanya juga anak-anak Pak..., kalau bermain pasti riuh karena itulah keceriaan anak yang dalam usianya memang masih dalam masa usia bermain, seperti tidak pernah jadi anak-anak saja bapak itu........??? Karena emosi yang tidak terkendali sekarang harus menghadapi tuntutan hukum dari ketujuh korban kekerasan pada anak, bagaimana bila pihak kepolisian juga meneruskan kasus ini ke meja hukum dan bagaimana bila komisi perlindungan anak mengetahui kasus ini? Jangan karena merasa kerabat pembesar desa, bisa melakukan tindakan semaunya sendiri, ingat pak...!!!, ini negara hukum, untung masyarakat masih sadar hukum, bagaimana bila masyarakat sudah gelap mata dan langsung mengambil tindakan sendiri dengan pengkroyokan terhadap pelaku, apakah tidak menjadi parah akibatnya? Dalam hal ini HUKUM tetap harus ditegakkan sekalipun bagi sang penguasa!!! Salam Keadilan, Titi. (Catatan: berita terakhir jam 09.10 pagi ini, salah satu korban anak-anak itu dilarikan ke rumah sakit terdekat DKT Wijaya Kusuma, Purwokerto oleh orang tuanya, karena muntah-muntah secara masiv dan pusing yang sangat, akibat pemukulan pada leher bagian belakang, diduga mengalami gegar otak dan trauma tumpul spinalis daerah leher/ neck injury dengan spinal shock, untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun