Mohon tunggu...
Titi Warsiti
Titi Warsiti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya seorang yang simple, ceria dan senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Penilaian yang Salah

9 November 2011   00:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:54 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_142495" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi trainwaiting, from google image"][/caption] Kali ini saya akan mencoba menceritakan sebuah pengalaman pribadi yang sangat memalukan yang pernah saya lakukan, dan tidak pernah bisa saya lupakan. Saat itu saya akan menuju Jakarta dari Purwokerto dengan menggunakan kereta api, setelah membeli tiket di loket penjualan, saya menyempatkan diri membeli makanan kecil dan sebotol minuman kemasan dan majalah, untuk mengisi waktu saat menunggu kereta api datang di peron. Begitu tiba di peron saya langsung melemparkan pandangan untuk mencari bangku kosong untuk duduk, lalu kutemui juga satu-satunya bangku kosong disebelah seorang bapak yang sedang asyik membaca, lalu aku duduk disebelahnya dan mulai mengeluarkan bacaan majalah yang tadi aku beli, lalu saya hanyut dalam bacaanku. Tiba-tiba bapak disebelahku ikutan mengambil kue (makanan kecil) yang aku letakkan di kursi antara kami berdua, lalu hatiku berkata, ini bapak tak tahu sopan santun apa?, koq mengambil makananku tidak minta ijin dahulu, maka saya mulai memasang muka masam atas semua ketidaksopanan itu, lalu saya tetap saja membaca sambil memakan kue itu, tak lama kemudian setiap aku mengambil kue, bapak itu mengambil kue juga, spontan saja hatiku makin tidak senang dengan ulahnya itu seakan sengaja melakukannya untuk menguji kesabaranku, tapi saya tetap mengambil sikap sabar walau raut muka masamku tetap tidak bisa saya sembunyikan. Tanpa diduga kue itu tinggal satu dan saya jadi ragu untuk mengambilnya, lalu bapak sebelahku berkata, silahkan saja dik kalau masih suka dengan kue ini, dengan muka tambah masam aku berkata dalam hati, eh siapa kamu?, memangnya itu kue punyaku koq, bisa-bisanya berlagak sopan terhadapku, ugh!. Tak lama kemudian kereta yang saya tunggupun datang, tanpa menghiraukan bapak disebelahku karena sudah jengkel aku segera beranjak dan berjalan menuju gerbong kereta sesuai yang tertulis ditiket yang saya beli, sambil berjalan tiba-tiba HP-ku berbunyi ternyata dari ibuku yang menanyakan apakah saya sudah berangkat dan dapat tiket apa belum?, setelah menjawab HP dari ibuku lalu aku meletakkan lagi HPku ke dalam tas dan tiba-tiba saya dikejutkan dengan kue yang saya beli tadi, ternyata masih utuh belum terbuka sama sekali dari bungkusnya, lalu aku teringat dengan bapak yang duduk di sebelahku saat di peron itu, ah! pastilah kue yang kusangka milikku itu pasti punya bapak itu dan saat aku menduga bahwa bapak itu sudah sangat tidak sopan telah mengambil kue itu tanpa seijin saya, sudah pasti bapak itu juga berpikir sama, aduuuhhh..., yaa Allah, sangat kurang ngajar sekali saya ini, sungguh ceroboh sudah salah menilai bapak yang ada disebelahku, ternyata apa yang saya tuduhkan kepadanya justru saya sendiri yang melakukannya, sungguh terlalu... Sering kali kita dengan mudah menjatuhkan penilaian negative kepada orang lain atas apa yang dia lakukan, bahkan kadang hanya atas dasar pemikiran kita belaka, tapi kita sudah menilai dan menghakimi orang dengan buah pikiran kita itu, padahal penilaian kita sangatlah subyektif, semata-mata hanya berdasarkan sudut pandang kita yang sempit. Lepaskan kacamata kuda yang kita kenakan dan mulailah melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas, jangan ragu untuk meminta pendapat orang untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda dan yang penting jangan mudah berprasangka buruk sebelum segela sesuatunya terbukti. Salam Malu, Titi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun