Mohon tunggu...
AY_Satriya Tinarbuka
AY_Satriya Tinarbuka Mohon Tunggu... profesional -

Mahasiswa abadi jurusan Filsafat Sastra Mesin di kampus kehidupan ... :D

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Joke Pulpen Astronot dan Bawang Brebes

2 April 2016   09:52 Diperbarui: 2 April 2016   15:11 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alkisah, di tahun 1960-an, diketahui kalau pulpen biasa tidak bisa dipakai di luar angkasa. Oleh karena itu, NASA mengeluarkan biaya jutaan dollar untuk melakukan riset pembuatan pulpen luar angkasa. Tapi kosmonot Soviet tidak ambil pusing soal pulpen karena mereka menggunakan pensil!

Entah dari mana joke itu mulai beredar, tapi pihak NASA sudah membantah. NASA menyatakan kalau mereka saat itu menggunakan pensil mekanik yang dibeli dengan harga sekitar 120 dollar per biji. Rp. 1,2 juta untuk satu biji pensil mekanik? Ya ... gitu dweh ...

Terlepas benar atau tidaknya kisah pulpen dan pensil astronot di atas, ada satu pelajaran penting bahwa kita harus membuka wawasan selebar-lebarnya dalam melakukan pengembangan teknologi. Karena siapa tahu ada teknik yang jauh leih sederhana dan mampu ber-Pegadaian, eh ... menyelesaikan masalah tanpa masalah!

Saya teringat kisah pulpen astronot di atas saat mengomentari berita di Kompas.com tentang rencana pembangunan sentra pengolahan bawang di Brebes. Pengolahan ditujukan untuk bisa menyimpan bawang dalam waktu yang lama guna mengatasi suplay bawang yang bergantung dengan perubahan musim. Sayangnya, berita tersebut tidak membeberkan bagaimana pengolahan akan dilakukan. Padahal jaman saya kuliah dulu, banyak teman yang berusaha membuat Tugas Akhir Sarjana (skripsi) tentang mesin untuk pengawetan bawang, cabe dan sejenisnya. Tapi semua usaha tersebut buyar. 

Sewaktu diskusi dengan teman-teman kuliah dulu, satu-satunya jalan untuk mengawetkan bawang adalah melalui sistem penyimpanan yang dilengkapi sirkulasi udara. Dan kayaknya, sistem penyimpanan seperti itu hanya bisa dilakukan oleh lembaga semacam Bulog karena biayanya yang besar. Harus menyimpan dalam jumlah besar agar ongkosnya bisa sebanding dengan hasilnya. Kalau pengawetan dengan cara diolah terlebih dahulu, kami belum menemukan. Jadi, pengolahan yang akan dilakukan di Brebes kayak gimana? Jadi wajarlah kalau saya penasaran, kira-kira bagaimana pengolahan bawang itu nanti?

Ada sisi positif kalau sedikit dibeberkan rencana tentang pengolahan bawang karena akan ada masukan dari masyarakat, baik masyarakat yang sudah pakar dalam pengelolaan bawang ataupun masyarakat kroco yang pernah berurusan dengan bawang kayak saya ... hehehe ... Tapi yang paling penting adalah bahwa adanya gambaran rencana kegiatan maka menjadi bukti kalau pemerintah emang serius membangun pengolahan bawang. Engga cuma jargon politik.

Tapi, kalau ada masukan, tentu ada kritik pula. Tapi tidak semua kritik itu buruk, 'kan? kritik yang paling menjengkelkan adalah kritik dengan banyak pengandaian. Bahkan ada kalanya pengandaiannya sangat absurd. Biasanya pengandaian ini dilakukan oleh orang-orang yang bukan bidangnya. Dan tak jarang sebuah ide bisa pupus karena pengandaian absurd. 

Saya yakin, sudah banyak orang yang pernah mikir gimana cara menjadikan bawang, cabe dan produk musiman lainnya, menjadi awet. Hingga detik ini, saya belum pernah mendengar ada yang berhasil. Makanya, saya berpikir kalau pengolahan bawang ini bukanlah hal yang sederhana, persis seperti pulpen astronot.

Mudah-mudahan, pemerintah emang sudah menemukan cara pengolahan bawang dan bukan sedang akan menyusun rencana untuk membuat rencana penelitian pengolahan bawang. Tapi kalau emang masih dalam tahap itu, ya udah ... moga-moga membuka wawasan seluas-luasnya dan mudah-mudahan ada petani Brebes yang sukses menyimpan bawang tetap segar selama setahun kemudian berkata dengan logat Banyumasnya yang asik, "Lha kawit biyen ramane inyong nek nyinggahi bawang ya kaya kiyeee ...." 

[caption caption="Pensil Kosmonot (sumber: pinterest.com)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun