Saat terjadi bencana, aktivitas ekonomi lumpuh. Namun, pasca bencana, perputaran roda ekonomi bisa terakselerasi.
Memang, bencana membuat pabrik jadi lumpuh. Sawah dan ladang terendam. Jalur distribusi terhambat. api semuanya lebih ke faktor produksi. Nah klo faktor produksi terhambat, kita punya jurus jitu mengatasinya, yaitu IMPOR!
Korban banjir yang kasurnya terendam air, kemungkinan akan membeli kasur pasca banjir. Juga sofa, televisi, komputer bahkan kendaraan. Belanja, belanja dan belanja. Itulah yang terjadi, sesuai dengan harapan menteri keuangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yaitu mengajak masyarakat untuk makin sering berbelanja dengan peribahasanya "Belanja Pangkal Kaya".
Ribuan uang receh yang biasanya hilang terselip, mendadak terkumpul menjadi bantuan kemanusiaan. Kumpulan uang receh menjadi 'kekuatan' ekonomi tersendiri.
Beberapa pihak meramalkan adanya perubahan pola konsumsi di Indonesia akibat tingginya inflasi di tahun 2013 dan penurunan nilai tukar rupiah. Perubahan ini bisa membuat konsumsi masyarakat menurun. Padahal, konsumsi adalah penyumbang terbesar dalam penghitungan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Tapi, akan ada belanja besar-besaran pasca bencana ...
Besarnya kegiatan belanja pasca bencana bisa jadi membuat pertumbuhan ekonomi meningkat.Yang jadi pertanyaan saya, jika belanja pasca bencana mendorong pertumbuhan ekonomi, apakah pemerintah akan bertepuk dada dengan tingginya pertumbuhan ekonomi?
Kalo saja tingginya pertumbuhan ekonomi disertai dengan tingginya produktivitas, mungkin kita akan sangat bangga sekali. Tapi sayangnya, survey McKinsey menyebutkan bahwa pekerja di Malaysia memiliki produktivitas empat kali lipat dibanding Indonesia ... phew ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H