Hari Rabu kemaren (19/02) saya melihat pemandangan yang membuat saya teringat saat dulu memaki-maki pemerintah karena lamban menolong korban tsunami di Kepulauan Nias. Waktu itu ada berita bahwa cuaca buruk membuat bantuan sulit diantar. Saya pun memaki-maki dan mengatakan bahwa Angkatan Laut punya kapal yang gedhe dan sanggup melawan ombak Samudera Hindia. Waktu itu juga ada berita tentang perlunya Undang-undang penangan bencana. Ini bikin makin jengkel. Bencana adalah keadaan darurat, pake Undang-undang segala! Tapi kini keadaan sudah berubah, saat Jogja dikepung abu vulkanik Gunung Kelud .... [caption id="attachment_313399" align="aligncenter" width="538" caption="Jogja berselimut abu Kelud"][/caption] Pasukan Brimob menurunkan water canon untuk membersihkan kota! [caption id="attachment_313400" align="aligncenter" width="614" caption="Brimob bersih-bersih Alun-alun Selatan"][/caption] Bayangkan, water canon yang fungsinya untuk mengusir rakyat pendemo, kini dipakai untuk membersihkan kota demi kepentingan rakyat! Bahkan tentara dari Korem 72 Pamungkas juga kabarya turut ikut serta membersihkan kota! Salut untuk Brimob DIY dan Tentara Korem 72 Pamungkas! Meskipun memang sudah seharusnya Tetara dan Polisi bekerja untuk kemanusiaan pada masa damai, bukan  berarti kita tidak perlu mengucap terima kasih. Jadi, terima kasih Pak Polisi dan Pak Tentara! Saya juga mohon Pak Polisi dan Pak Tentara ikhlas jika banyak warga yang enggak mau tahu dan enggak berterima kasih. Saya yakin, pahala dari Tuhan tentunya jauh lebih berarti. (foto-foto koleksi probadi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H