Mohon tunggu...
Tita Yorinda
Tita Yorinda Mohon Tunggu... Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Airlangga -

Étudie pour la vie

Selanjutnya

Tutup

Money

Dilema Kemegahan Ekonomi dan Kekerasan Lansia di Jepang

20 November 2015   13:54 Diperbarui: 20 November 2015   14:09 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pemilik label sebagai salah satu negara adikuasa di Asia, Jepang, memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat. Produk Domestik Bruto yang dihasilkan Jepang berada pada posisi kedua di dunia, di bawah posisi Amerika Serikat. Hal tersebut disebabkan oleh kemajuan pemikiran dari rakyat Jepang akan masa depan negaranya. Terfokus pada impian negara, angkatan kerja di Jepang meninggalkan kampung halaman dan keluarganya demi kesuksesan negara dan pengembangan diri.

Keluarga yang tertinggal, khususnya orangtua yang lanjut usia atau lansia, dirawat di panti jompo. Akan tetapi, terjadi kasus mengenaskan terkait kekerasan terhadap pasien lansia di sebuah panti jompo Jepang yang menggegerkan keluarga dari pasien. Terdapat beberapa hal yang dipertimbangkan terkait lansia dan perekonomian Jepang, yakni krisis moralitas generasi muda, kekurangan jumlah angkatan kerja, dan rendahnya pengawasan terhadap kaum lansia di Jepang.

Generasi muda yang seharusnya dipenuhi dengan tingginya moralitas dan toleransi, kini dilanda krisis. Hal tersebut terlihat dari kasus penyelewengan terhadap kaum lansia di Jepang  yang gempar sejak tahun 2014. Lansia yang pada usianya membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari generasi muda dilakukan secara tidak hormat di 40 lokasi panti jompo Jepang. Perlakuan tidak hormat tersebut dapat berupa pembantingan, pemukulan, dan perkataan kasar terhadap lansia. Tragisnya, pelaku-pelaku dari tindakan tak terpuji tersebut berasal dari pemuda Jepang yang bertugas sebagai perawat dan pengasuh lansia.

Pertanyaan yang relevan dalam situasi tersebut merupakan “kemanakah perginya moralitas generasi muda di Jepang?”. Dalam menjawab pertanyaan tersebut dibutuhkan pendidikan mendasar terkait moralitas generasi muda yang perlu dijunjung tinggi. Membandingkan dengan pendidikan moralitas di Indonesia, siswa yang duduk di Sekolah Dasar (SD) telah ditanamkan pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan agar berperilaku sesuai dengan haluan pancasila di Indonesia.

Pengawasan terhadap panti jompo di Jepang juga berdampak pula terhadap meningkatnya jumlah kekerasan terhadap lansia di Jepang. Pemerintah daerah diharuskan tanggap dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Lansia yang kemampuan bergerak dan berbicaranya dianggap telah terbatas mempersulit pula penyaluran informasi tentang kekerasan di panti jompo. Hal tersebut  mampu diatasi dengan terdapatnya teknologi canggih dalam panti jompo sehingga perlakuan tiap staf panti jompo dapat terkendali.

Selain itu, langkah yang mampu diterapkan oleh pemerintah ialah kontrol terhadap lansia yang intensif, baik melaui ranah kesehatan maupun sosial. Ranah kesehatan mampu diterapkan melalui peninjauan kesehatan lansia secara berkala, sedangkan ranah sosial dapat diterapkan melalui pemberian hiburan terhadap lansia agar tidak terkena depresi akibat terdiam dalam panti jompo. Hal-hal tersebut mampu meminimalisasi tindak kekerasan dan kematian yang dialami oleh kaum lansia di Jepang.

Generasi muda yang dipandang kurang bermoral diperparah dengan kurangnya angkatan kerja di Jepang. Situasi tersebut disebabkan oleh generasi muda di Jepang yang lebih memilih belajar dan bekerja di luar negeri untuk meningkatkan kemampuan atau skill yang dimilikinya. Terdapatnya piramida penduduk yang berbentuk stasioner menggambarkan secara komperhensif penduduk lansia Jepang lebih banyak jumlahnya dibandingkan jumlah angkatan kerja di Jepang.

Merujuk pada situasi tersebut, pemerintah Jepang tidak tinggal diam dan menutup kekurangan tersebut dengan mengambil tenaga kerja dari negara-negara yang piramida kependudukannya berbentuk ekspansif, atau negara yang memiliki angkatan kerja dalam jumlah besar. Perekrutan tenaga kerja dari negara berpiramida ekspansif, seperti Indonesia, India, dan Malaysia, diterapkan oleh Jepang dengan pekerjaan sebagai perawat maupun pengasuh sebagai langkah untuk membenahi permasalahan kekerasan terhadap lansia.

Penduduk yang terdapat di negara yang sinar mataharinya berintensitas tinggi dalam sebuah penelitian membuat penduduk dalam negara tersebut menjadi ramah dan terbuka. Prinsip tersebut dijadikan Jepang dalam merekrut negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan India untuk mengisi lowongan kerja dalam bidang perawatan dan pengasuhan. Pemerintah Jepang menyeleksi melalui berbagai macam tes atau uji coba agar pekerja kompeten dan konsisten. Hal tersebut merupakan langkah yang baik agar kejadian tak terulang kembali seperti tahun sebelum-sebelumnya yang memberitakan mengenai kekerasan terhadap lansia. Tenaga kerja yang diseleksi melalui Ujian Nasional Keperawatan harus menguasai bahasa Jepang agar dapat melayani pasien dengan baik. Komunikasi dipandang penting dalam perekrutan perawat dan pengasuh di Jepang karena tanpa adanya komunikasi yang baik, pasien tidak dapat dilayani secara maksimal dan komunikasi antarstaf Jepang dan negara yang direkrut tidak memiliki kinerja yang maksimal.

Perekrutan terhadap perawat dan pengasuh dari luar Jepang juga memberikan dampak positif bagi luar negeri maupun dalam negeri, khususnya dalam sektor perekonomian. Terisinya lowongan kerja terkait keperawatan dan pengasuhan terpenuhi di Jepang. Hal tersebut menyebabkan full employment atau lowongan pekerjaan berada pada situasi tenaga kerja penuh. Terdapatnya permintaan lowongan kerja yang besar memiliki dampak pada kemaksimalan pemberian jasa dari para pekerja karena kesungguhan pekerja untuk melamar dibuktikan melalui kelulusan uji coba keperawatan di Jepang. Hal positif juga berdampak pada perekonomian luar negeri yang mengirimkan tenaga kerjanya ke Jepang.

Devisa negara meningkat, berkurangnya pengangguran atau unemployment, dan kerjasama antarnegara terjaga dengan baik dipandang sebagai beberapa pengaruh perekonomian dari negara lain yang pekerjanya direkrut oleh Jepang.  Salah satu negara yang mengambil keuntungan positif dalam sektor perekonomian dengan mengirimkan tenaga kerjanya ke Jepang ialah Indonesia. Devisa negara Indonesia meningkat setelah mengirimkan tenaga kerjanya ke Jepang, hal tersebut berdampak pada meningkatnya pendapatan negara dari sektor jasa makro. Pengangguran atau unemployment di Indonesia juga terminimalisasi dengan adanya perekrutan perawat dan pengasuh Jepang. Jika pasar tenaga kerja antara Jepang dan Indonesia terjaga dan berkembang dengan baik, maka kerjasama perekonomian antarnegara juga dapat berjangka lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun