Mohon tunggu...
Tita Rahayu Sulaeman
Tita Rahayu Sulaeman Mohon Tunggu... Lainnya - pengemban dakwah

Ibu Rumah Tangga,

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jumlah Pengangguran Nyaris 10 Juta Orang di Kalangan Gen Z, Kok Bisa?

9 Juni 2024   10:35 Diperbarui: 9 Juni 2024   10:58 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : kompas

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) sebanyak 9,9 Juta Penduduk Indonesia generasi Z usia antara 18-24 tahun menganggur atau tanpa kegiatan (Not in employment, education and training/NEET). Pengangguran lebih banyak di perkotaan yaitu sebanyak 5,2 juta orang sementara di pedesaan sebanyak 4,6 juta orang. Menurut Menteri ketenagakerjaan, hal ini terjadi karena karena kurang singkronnya pendidikan dan permintaan tenaga kerja. Faktor lainnya adalah turunnya lapangan pekerjaan (Kompas, 24/05/2024).

Menurunnya lapangan pekerjaan diakui oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia pada tahun 2023 lalu. Ia mengakui nilai investasi dan penciptaan tenaga kerja tidak berbanding lurus. Hal ini dikarenakan investasi bukan lagi padat karya. Investasi yang masuk high technologi. Selain itu, Indonesia Tengah fokus investasi hilirisasi sehingga penggunaan mesin dan otomatisasi begitu tinggi sehingga penyerapan tenaga kerja menjadi rendah (republika, 28/04/2023).

Negara Gagal Menciptakan Lapangan Pekerjaan 

Menciptakan lapangan pekerjaan merupakan salah satu tugas negara. Setiap individu berhak memiliki akses terhadap lapangan pekerjaan untuk bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Kemajuan teknologi tak mungkin dihindari. Namun hal ini tidak bisa dijadikan dalih untuk akhirnya negara angkat tangan dalam upaya menciptakan lapangan pekerjaan.

Sistem kapitalisme saat ini telah menjadikan pekerja hanya dipandang sebagai faktor produksi. Sehingga apa saja yang bisa dipangkas untuk menekan biaya produksi akan dilakukan, termasuk mengganti tenaga manusia dengan mesin-mesin otomatis dengan produktifitas yang lebih tinggi. Lapangan pekerjaan menjadi semakin terbatas.

Dalam sistem kapitalisme, sumber daya alam boleh dikelola oleh Perusahaan swasta. Negara memberikan izin pengelolaan SDA, memberikan kemudahan masuknya investor asing, bahkan mengizinkan keikutsertaan tenaga kerja yang mereka miliki masuk di Indonesia.

Ironi yang terjadi saat ini di Indonesia, bahwa sumber daya alam berlimpah sementara tingkat pengangguran tinggi dan kondisi masyarakat jauh dari kesejahteraan adalah akibat dari penerapan kapitalisme. Dengan menerapkan  syariat Islam dalam menjalankan pemerintahan, hal ini tidak akan terjadi.

Upaya negara dalam membuka lapangan pekerjaan bagi rakyatnya sungguh dipertanyakan. Di negeri yang subur ini, sektor agrikultur masih belum dioptimalkan oleh negara. 

Sektor agrikultur, baik pertanian, peternakan, kehutanan, Perkebunan dan perikanan bila dioptimalkan akan banyak menyerap tenaga kerja karena pada prosesnya membutuhkan tenaga manusia. Tidak hanya dalam proses penanaman atau budi dayanya, bahkan hingga pada proses produk pangan dan olahannya. Sayang sekali, potensi ini belum mampu dioptimalkan.

Kapitalisme dalam Sistem Pendidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun