Pada hari kamis (26/01/23) KKN Tematik Universitas Mataram di Desa Bandok menggelar acara pembuatan pupuk organik cair dari limbah tahu. Acara ini dilaksanakan di salah satu rumah dari kepala dusun Desa Bandok. Mahasiswa KKN mengajak masyarakat sekitar untuk membuat pupuk organik cair guna memanfaatkan limbah dari pembuatan tahu.
Seperti yang di ketahui, di Desa Bandok terdapat UMKM tahu dimana limbahnya belum bisa ditangani. Berdasarkan hasil wawancara dari pemilik UMKM, limbah dari hasil pembuatan tahu langsung dibuang ke selokan dan diteruskan menuju ke sungai yang berdampak besar terhadap pencemaran lingkungan.
UMKM tahu merupakan salah satu cara pengelolaan pangan dengan bahan kacang kedelai yang menghasilkan sumber protein. Keberadaan UMKM tahu menjadi mata pencaharian akan tetapi dapat menyebabkan adanya limbah hasil pengelolaan kedelai berupa limbah cair. Limbah cair tahu tanpa adanya proses pengelolaan dapat menyebabkan pencemaran. Hal ini dikarenakan limbah cair tahu mengandung polutan organik/PoPs (Bahan kimia yang memiliki zat beracun, sulit terurai, dan dapat terangkut melalui udara, air, bahkan spesies yang berpindah).
Nyatanya, masih banyak yang belum tau bahwa limbah tahu memiliki kandungan unsur hara seperti Nitrogen (N), Posfor (P), dan Kalium (K) yang bermafaat untuk pertumbuhan tanaman dan pematangan biji atau buah apabila diproses dengan benar. Oleh karena itu, Mahasiswa KKN Tematik UNRAM mencoba untuk memanfaatkan limbah tahu tersebut sekaligus guna mengurangi dampak pencemarannya dengan cara memanfaatkan limbah tahu menjadi pupuk organik cair.
Dalam kegiatan pembuatan pupuk, masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani sangat antusias. Para masyarakat memperhatikan setiap tahapan yang di demonstrasikan oleh mahasiswa KKN. Dimulai dari tahap pencampuran bahan hingga proses pengemasan secara anaerob (tanpa oksigen). "Proses pengemasan perlu dilakukan secara tertutup karena keberadaan oksigen justru dapat menyebabkan bakteri mati dan menghambat pertumbuhan sehingga tidak baik dalam proses fermentasi. Fermentasi sendiri dilakukan selama kurang lebih 15 hari untuk mempertahankan kualitas nutrisi dari limbah tahu dan memaksimalkan kinerja dari organisme bakteri," ujar Novia salah satu mahasiswa KKN Desa Bandok.Â
Sampel pupuk yang sudah jadi kemudian diuji coba ke salah satu rumah warga yang memanfaatkan pekarangan rumah sebagai tempat pembudidayaan tanaman sawi. Limbah cair tahu sebagai pupuk organik cair ini dapat dijadikan sebagai pengganti pupuk kimia (urea) yang kerap kali digunakan dalam pertumbuhan tanaman. KKN Tematik UNRAM berharap kegiatan ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran dan mampu dimanfaatkan oleh masyarakat guna mengurangi biaya pembelian pupuk kimia, mengurangi pencemaran lingkungan, dan diharapkan dapat mendukung pertanian di Desa Bandok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H