Proses terbentuknya batubara dimulai sejak zaman dahulu, sekitar 300 juta tahun yang lalu. Pada awalnya, batubara terbentuk dari tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh di dasar danau atau sungai, kemudian tumbuhan tersebut mati dan terakumulasi di dasar air. Kemudian, tumbuhan tersebut terkubur di bawah lapisan tanah dan batu yang terus mengalami tekanan dan panas yang tinggi.
Proses terbentuknya batubara disebut karbonifikasi. Selama proses ini, tumbuhan tersebut mengalami perubahan kimiawi yang menyebabkan sebagian besar karbon di dalam tumbuhan tersebut terikat dengan hidrogen dan oksigen. Selain itu, tumbuhan tersebut juga mengalami perubahan fisik, seperti menjadi lebih padat dan kehilangan kelembaban.
Setelah batubara terbentuk, ia kemudian terkubur di bawah lapisan tanah dan batu yang terus mengalami tekanan dan panas yang tinggi. Proses ini disebut metamorfosis. Selama proses ini, batubara mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang lebih lanjut, seperti menjadi lebih padat dan mengandung lebih sedikit air.
Setelah batubara terbentuk dan terkubur, ia kemudian dapat dikeluarkan dari tanah dengan cara menggali atau mengebor. Setelah batubara diekstrak, ia kemudian diolah untuk menghilangkan impurities sebelum dijual dan digunakan sebagai sumber energi.
Batubara merupakan sumber energi fosil yang dapat digunakan untuk membangkitkan listrik, memanaskan ruangan, dan menghasilkan bahan bakar untuk transportasi. Namun, penggunaan batubara sebagai sumber energi juga menimbulkan masalah lingkungan, seperti pencemaran udara dan air, serta emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Oleh karena itu, saat ini banyak upaya yang dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap batubara sebagai sumber energi dan beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H