Mohon tunggu...
Tita Meliana Sari
Tita Meliana Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student

Nursing Student of Airlangga University

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Tanpa Ayah Tanpa Arah, Krisis Fatherless di Indonesia

4 Juni 2024   10:00 Diperbarui: 4 Juni 2024   10:01 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, Indonesia seolah lupa bahwa jutaan anak tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah. Fenomena fatherless, bukan sekedar data statistik melainkan sebuah bom waktu yang mengancam masa depan bangsa. Adapun Fatherless sendiri adalah istilah untuk menggambarkan keadaan anak yang tumbuh tanpa atau kurangnya peran ayah dalam hidupnya baik secara fisik maupun psikis. 

Anak-anak tanpa sosok ayah rentan mengalami berbagai gangguan psikologis dan sosial, bahkan terjerumus dalam tindakan kriminal. Artikel ini akan membahas dampak Fatherless terhadap anak-anak, serta mencari solusi dan harapan untuk masa depan mereka. Dimana peran kita sebagai masyarakat untuk membangun masyarakat yang lebih kuat dan berakhlak mulia?

Dikutip dari BangkaPos.com, peran ayah tidak hanya pencari nafkah Kepala Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM Diana Setyawati mengatakan bahwa dalam pengasuhan anak membutuhkan keterlibatan orang tua yaitu ayah dan ibu secara berimbang. Artinya, pengasuhan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu saja, tetapi juga dilakukan oleh ayah.

Menurut Pusat Penelitian Kependudukan dan Gender Universitas Sebelas Maret faktor penyebab fenomena fatherless adalah alasan ekonomi, sosial, dan budaya. Salah satunya adalah adanya budaya patriarki yang masih melekat di masyarakat Indonesia. Budaya patriarki meyakini bahwa laki-laki bertanggung jawab pada urusan nafkah. Sedangkan untuk urusan domestik dan mengurus anak adalah tanggung jawab perempuan. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah laki-laki bekerja memang lebih banyak ketimbang perempuan bekerja di Indonesia. Angkanya sebesar 82,6 juta jiwa berbanding 52,7 juta jiwa pada 2022. Jurang perbedaan itu makin dalam pada penduduk yang mengurus rumah tangga. Jumlah perempuan yang mengurus rumah tangga ada sebanyak 37,6 juta jiwa, sedangkan laki-laki hanya 3,6 juta jiwa pada tahun yang sama.

IDEAS.id
IDEAS.id

Dampak dari Fatherless bagi anak-anak dapat berupa perkembangan perilaku yang buruk, rendahnya tingkat kepercayaan diri hingga kesulitan dalam hubungan sosial. Selain itu anak dengan isu Fatherless juga bisa mengalami penurunan prestasi dan juga kesulitan berkonsentrasi.

Membangun Kembali peran ayah adalah sebuah keharusan. Mulai dari keluarga, Pendidikan dan pemerintah, semua pihak harus terlibat aktif dalam mengembalikan peran ayah yang ideal. Pendidikan untuk kaum pria, program-program penguatan peran ayah, dan akses layanan konseling bagi pasangan dan keluargaperlu digalakkan.

Ingat, kehadiran ayah bukan hanya sekedar hadir fisik, tetapi juga menghadirkan kasih sayang, dukungan dan teladan yang membentuk karakter generasi penerus bangsa. Anak-anak di Indonesia membutuhkan sosok ayah yang kuat, bukan sekedar ayah yang hadir di kartu keluarga.

Mari kita bangkit bersama,menghidupkan Kembali peran ayah dalam keluarga Indonesia. Masa depan bangsa terletak di tangan generasi penerus yang dibentuk dengan cinta dan bimbingan seorang ayah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun