Mohon tunggu...
Titah Pratyaksa
Titah Pratyaksa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Universitas Atma Jaya Yogyakarta | Jurnalisme

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

“Fast Food” ala Insan Pers vs Citizen Online Journalism

20 April 2012   05:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:23 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1334901231449985902

Teknologi komunikasi yang berkembang semakin canggih di setiap detiknya telah berhasil mengubah dunia, termasuk salah satunya Indonesia sebagai negara berkembang. Indonesia yang dulu dikenal oleh dunia internasional sebagai Negara agraris, ternyata di dalam bidang teknologi kini sudah berkembang dengan pesat. Berbagai ragam jenis teknologi bermunculan di Indonesia, sepertihalnya televisi (TV), radio, handphone hingga menjelajah ke dunia maya (internet) yang ditemukan pada tahun 1990-an.

Internet begitu memukau dan varian-varian programnya begitu cepat berkembang yang menjadikan bumi ini berada dalam cengkeraman teknologi. Internet telah berkembang menjadi sebuah teknologi yang tidak saja mampu mentransmisikan berbagai informasi, namun juga telah mampu menciptakan dunia baru dalam realitas kehidupan manusia. Di internet sendiri terdapat berbagai macam jenis website, beberapa diantaranya adalah jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Myspace, Yahoo Messenger, dan News Site seperti cnn.com, bbc.com, vivanews.com, detik.com, kompas.com.

Tantangan bagi insan pers

Dengan kemajuan teknologi yang pesat tersebut, tentu ini merupakan tantangan tersendiri bagi para insan pers di dalam mempraktekkan jurnalisme online melaui internet. Jurnalisme online sangatlah penting bagi perkembangan sebuah industri media, terlebih lagi media yang baru muncul di tengah masyarakat. Tanpa kehadiran jurnalisme online, media tersebut tentu tidak akan bisa “hidup” lama. Oleh karenanya, kehadiran jurnalisme online sangatlah membantu dalam membantu perkembangan media agar bisa diakses oleh masyarakat dengan cepat. Menurut Straubhar dan LaRose, 2000:267 (dalam Ardianto dkk, 2009:149), pengguna internet menggantungkan pada situs untuk memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna internet mengakses situs untuk mendapatkan berita terbaru setiap minggunya. Menilik pernyataan Straubhar dan LaRose, keberadaan situs media online, dalam hal ini jejaring sosial dan news site sangatlah penting, mengingat banyak orang cenderung mengakses berita ataupun informasi melalui via online. Dengan mengakses situs tersebut, mereka tidak perlu repot untuk membeli surat kabar ke kios hanya untuk memperoleh berita atau informasi. Lebih hemat tenaga, waktu, serta menghemat biaya.

Dengan hadirnya jurnalisme online, insan pers juga dituntut agar mereka bisa menginformasikan sesuatu dengan cepat dan akurat melalui news site media mereka masing-masing. Tak hanya news site, tetapi juga melalui jejaring sosial, dua diantaranya adalah Facebook dan Twitter. Di sini, insan pers berhadapan dengan masyarakat sebagai citizen journalism yang juga memberikan informasinya melalui akun Facebook dan Twitter. Antara insan pers dan citizen journalism tentu ada perbedaan dari segi kualitas dan kuantitas di dalam memberikan informasi kepada khalayak umum.

Menurut Ishwara (2008:7), beberapa peran yang umum dijalankan pers diantaranya sebagai pelapor (informer). Di sini pers bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa yang diluar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Insan pers sudah pasti akan melaporkan suatu peristiwa sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik, salah satunya seperti berpegang teguh dengan sembilan elemen jurnalisme. Sedangkan bagi para citizen journalism yang mayoritas adalah dari masyarakat, belum tentu mereka memberikan informasi berdasarkan kaidah-kaidah jurnalistik. Tentu hal ini, bagi masyarakat yang gemar mengakses informasi dan berita via online menjadi ragu-ragu akan kebenaran informasi yang diberikan oleh citizen journalism, karena kita tahu bahwa citizen journalism atau jurnalisme warga berasal dari berbagai jenis kalangan dan profesi.

Facebook, Twitter dan News Site

Para insan pers memang tak mau kalah. Selain membuat news site media masing-masing, mereka juga sudah merambah ke dunia jejaring sosial untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Ada perbedaan ketika insan pers dan citizen journalism yang memberikan informasi di ranah Facebook dan Twitter. Hal tersebut bisa kita lihat dari hal yang paling sederhana, yakni penggunaan kata, huruf dan tanda baca.

Jika kita perhatikan secara seksama, insan pers, baik itu di Facebook, Twitter dan News Site, selalu memperhatikan penggunaan kata, seperti tidak disingkat-singkat, sesuai dengan EYD, dan loyalitas pada kebenaran. Di News Site misalnya, mereka memberikan informasi secara ringkas, padat dan jelas, kira-kira kurang dari 700 kata. Begitu pula di ketika disampaikan di Facebook dan Twitter, lebih ringkas dari berita yang dimuat di News Site. Kita ambil contoh kompas, di Facebook (KOMPAS.COM), mereka cenderung hanya mengirimkan link tautan tentang informasi yang diberikan, dan via Twitter (Kompas.com), mereka memberika informasi sekitar lima sampai sepuluh kata, lalu disertakan link tautan menuju informasi yang lebih lengkap. Penggunaan huruf dan tanda baca juga sangat diperhatikan oleh para insan pers. Mulai dari peletakan titik, koma, huruf kapital, miring, dsb sehingga para pembaca bisa mengerti dan paham tentang suatu peristiwa yang terjadi.

Berbeda dengan citizen journalism di dalam menyampaikan informasi di dalam Facebook dan Twitter. Sebagian besar dari mereka kurang memperhatikan secara detail penggunaan kata-kata yang tidak sesuai dengan EYD, kadang ada beberapa katanya yang disingkat, dan kebenarannya masih diragukan, mengingat mereka cenderung tidak netral dan berdasarkan opini mereka, bukan fakta. Penggunaan huruf dan tanda bacanya juga terkadang keliru, seperti penempatan titik, koma, huruf awal yang tidak kapital, kata yang tidak terdapat di dalam EYD seharusnya dibuat miring namun tidak dibuat miring, dsb. Tetapi ada juga dari mereka yang sudah memberikan informasi sesuai fakta, netral, dan tetap memperhatikan penulisan yang baik dan benar.

Dibalik itu semua, ternyata jurnalisme online juga memiliki beberapa kelemahan. Seperti halnya masalah disiplin verifikasi. Mengingat cepatnya informasi yang diberikan, kadang-kadang juga bisa terjadi kesalahan. Misal kesalahan menulis nama tempat, narasumber, waktu, keakuratan informasi yang diberikan, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, jika kecepatan informasi seimbang dengan ketatnya disiplin verifikasi yang dilakukan oleh insan pers online, maka industri media tersebut akan semakin maju dengan pesat. Namun, dengan dikejar-kejar dengan waktu ala “Fast Food”, maka informasi terupdate yang diberikan hanyalah sedikit, dengan kata lain lebih menjurus ke poin atau inti informasi. Di sini, kelemahannya media online, yakni kedetailan, kedalaman atau indepth reporting tidak ditampilkan, sehingga pembaca tidak bisa mengetahui secara rinci dan mendalam mengenai suatu peristiwa yang terupdate. Saking seringnya diupdate juga akan membuat pembaca semakin bingung, karena pembaca tidak bisa online setiap detiknya. Mereka pasti juga mempunyai kesibukan masing-masing. Tentu akan terjadi miss komunikasi jika pembaca tidak membaca satu atau dua dari sekian update yang dilakukan oleh para insan pers online dan citizenjournalism. Alangkah baiknya jika di dalam membuat berita, keakuratan serta kelengkapan informasi hendaknya diperhatikan sehingga pembaca sekali atau dua kali membaca sudah bisa mengetahui secara jelas tentang suatu peristiwa yang terjadi. Tentunya informasi yang diberikan harus sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik yang baik dan benar, sehingga “Fast Food” yang dihasilkan bisa lebih berkualitas serta bermanfaat bagi masyarakat.

Daftar Pustaka

Ishwara Luwi, 2008. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta:Kompas Media Nusantara

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala dan Siti Karlinah. 2009. Komunikasi Massa Suatu

Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun