Mohon tunggu...
Tita Fitriana
Tita Fitriana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menjadi orang penting memang baik, tapi menjadi orang baik jauh lebih penting

Selanjutnya

Tutup

Money

Ekonomi Kerakyatan, Warisan Bangsa Indonesia yang Hilang

8 November 2020   20:28 Diperbarui: 9 November 2020   14:49 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Koperasi Indonesia yang resmi berlaku sejak 1947

Setiap negara wajib memiliki sebuah sistem yang menjadi pedoman tata perekonomiannya dalam mewujudkan tujuan nasional. Begitu pula dengan Indonesia. Kita memiliki salah satu sistem ekonomi warisan Bangsa Indonesia, yaitu sistem ekonomi kerakyatan. Mengapa disebut warisan? Karena sistem ini digagas oleh salah satu tokoh bapak bangsa Indonesia yaitu Drs. Mohammad Hatta atau Bung Hatta. Bung Hatta sebagai pakar ekonomi yang mumpuni menggagas sebuah ide sebagai wujud cita-citanya untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Ekonomi rakyat merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan mengelola sumber daya ekonomi secara swadaya, menurut apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya. Bung Hatta menggagas konsep koperasi dengan asas kekeluargaan dan berpegang teguh pada prinsip keadilan, untuk membangun ekonomi nasional berideologi Pancasila.

Pelaksanaannya sistem ekonomi rakyat secara sah diberlakukan di Indonesia sejak era Reformasi tahun 1998, dengan dikeluarkannya Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999, tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang menyatakan bahwa sistem perekonomian Indonesia yaitu sistem ekonomi kerakyatan. Dalam sistem ini, masyarakat berperan aktif dalam kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah berperan dalam menaungi pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha.

Namun, seiring waktu warisan hanya menyisakan cerita. Inilah dampak dari masuknya kebudayaan baru dan banyaknya investor asing yang menanam pasak di bumi pertiwi. Tuntutan zaman membutakan kaum pemilik modal untuk kian memperkaya diri. Angka kesenjangan sosial menjulang tinggi. Berbagai penolakan rakyat terhadap sistem kian meradang tak terkendali.

"Si Kaya makin Kaya, Si Miskin makin Miskin".

Lantas Dimanakah asas kekeluargaan kita?

Tita Fitriana

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

http://uhamka.ac.id  http://fisip.uhamka.ac.id

Sourch image : https://kompasiana.com

Referensi : https://ekonomi.bunghatta.ac.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun