Mohon tunggu...
Tita ImeldaErianti
Tita ImeldaErianti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar di SMAS Brawijaya Smart School

hai saya merupakan siswa yang berada di bangku akhir sma dan saya juga merupakan announcer di ub radio, dan ini sedikit tulisan sayaa selamat membacaa all 👀📝🤩

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Adanya Perilaku FOMO Fear Of Missing Out pada Remaja Mempengaruhi Cara Remaja pada Pengaturan Keuangan

24 Oktober 2024   08:47 Diperbarui: 24 Oktober 2024   08:53 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

FOMO (Fear Missing Out) merupakan istilah baru yang banyak digunakan oleh remaja saat ini. FOMO merupakan kondisi psikologis seseorang yang dimana memicu adanya perasaan cemas, takut, dan gelisah akan adanya ketertinggalan suatu peristiwa, barang, maupun informasi dan pengalaman. FOMO dapat mengakibatkan seseorang merasa memiliki peringkat sosial yang rendah, dapat merasakan cemas akibat dari pemikirannya sendiri.

  Adanya perilaku FOMO tentunya memicu para remaja untuk menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mewah, liburan mahal, kehidupan fancy (serba mewah), menonton konser, dan adanya culture kehidupan "You Only Live Once (YOLO)" atau bisanya gen z mengenal dengan hidup cuma sekali, namun adanya hal itu justru memicu gen z untuk berperilaku tanpa adanya batasan dalam menggunakan uang. Dalam kehidupan remaja sehari-hari banyak sekali hal yang bisa terjadinya perilaku FOMO misalnya, saat ada salah satu remaja si A membeli tas lalu si B melihat tas yang dibeli si A lucu dan si A tentunya ada hasrat membeli karena tas lucu dan ditambah dengan kemudahan mengakses online shop memberikan kemudahan remaja si B untuk membeli tas yang sama dengan si A. Hal itu sering terjadi pada kehidupan remaja dan tentunya kemudahan akses online shop juga menjadikan remaja tersebut dapat langsung mengeluarkan uang dalam hitungan menit untuk membeli barang tanpa mempertimbangkan barang itu akan berguna dan berfungsi atau hanya sekedar kesenangan mata sesaat.

  Adanya perilaku untuk tidak mempertimbangkan mana kebutuhan dan mana barang untuk kesenangan mata membuat remaja menggunakan uang yang tidak sesuai dengan fungsinya. Terkadang remaja rela untuk menghabiskan uang untuk gaya hidup namun tidak ada uang untuk membeli kebutuhan, dan hal itu sering ditemui pada remaja karena seorang remaja belum memiliki jati diri yang kuat untuk tidak mengikuti arus teman-temannya. Hal lain yang kurang disadari dari remaja juga kurangnya kesadaran skala prioritas untuk mengeluarkan uang.

  Skala prioritas dalam mengeluarkan uang tentunya perlu disadari dan diterapkan pada remaja, karena usia remaja adalah usia dimana seseorang membangun jati diri dan menentukan masa depan. FOMO merupakan faktor besar yang mengakibatkan remaja kurang baik dalam mengatur keuangan, dengan adanya perilaku FOMO remaja akan mudah terpengaruh untuk mengutamakan gaya hidup dibandingkan kebutuhan yang diperlukan remaja. Seorang remaja juga harus diberikan tanggung jawab penuh untuk bisa mengatur uang jajan/sangu yang diberikan oleh orangtua, dimana mereka harus bisa mengatur uang untuk makan, uang bensin, iuran dan lain sebagainya. Remaja juga harus dibentuk dan memiliki sikap kemandirian akan uang yang sudah diberikan oleh orang tua, agar kedepannya tidak membentuk sikap ketergantungan kepada orang tua.

  Menyadari akan pengeluaran tidak penting seperti membeli barang yang mengutamakan brand tanpa fungsi juga perlu disadari karena hal itu yang akan menjadikan remaja impulsive buying (membeli yang tidak penting) dan justru akan menyesal di akhir karena mengeluarkan uang untuk hal yang tidak penting. Mengurangi pergi bersama teman-teman yang kurang penting tanpa ada tujuan juga perlu dikurangi oleh remaja karena dengan adanya berlebihan mengeluarkan waktu untuk kegiatan yang tidak jelas akan merugikan diri kita kedepannya, dengan itu remaja bisa mengisi kegiatan dengan hal yang positif dan tentunya bisa mengupgrade skill dalam diri remaja. Menjadi seorang remaja di generasi z juga harus dapat dengan benar memanfaatkan privilege apa yang di dapat dari orang tua di era yang sedang terjadi inflasi secara terus-menerus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun