Mohon tunggu...
Tisna Sulegar
Tisna Sulegar Mohon Tunggu... -

Menyukai traveling, psikologi, menggambar,seni budaya, budaya populer, Hubungan Internasional dan Puisi\r\nKarya Saya Bisa dilihat di\r\nhttp://learnsundanese.blogspot.com/ (Avalaible In English), http://tisnaegar.blogspot.com/ , \r\nhttp://www.kompasiana.com/tisnaegar, (Avalaible In English)\r\nhttp://www.facebook.com/LearnSundanese\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Multikulturalisme dan Kebebasan Beragama di Australia

19 Januari 2014   06:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Multikulturalisme merupakan suatu faham yang menghargai perbedaan diantara berbagai macam masyarakat, adat, agama dan kepercayaan yang berbeda didalam sebuah komunitas, faham multikulturalisme juga di tunjang oleh hak dan status social-politik yang sama didalam sebuah pemerintahan yang plural serta tidak membeda-bedakan. Sedangkan Menurut Fay, Jary dan Watson, multikulturalisme adalah ideology yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individu maupun kelompok. Australia merupakan salah satu prototype dari sebuah Negara yang sangat demokratis, menjungjung tinggi hak asasi manusia serta menghargai perbedaan (multicultural). Multikultural Australia dan penghargaan Australia dan masyarakatnya terhadap perbedaan agama ini terlihat sekali dengan adanya “Harmony Day setiap tanggal 21 Maret sebagai sebuah bentuk promosi, partisipasi, keterbukaan dan rasa memiliki antara semua orang di Australia. Bahkan agenda ini dijaidkan sebagai agenda nasional warga Australia untuk memerangani rasialisme dan intolerasi agama dan kultural.

Corak Multikultural didalam kehidupan masyarakat Australia merupakan suatu buah dari perjalanan sejarah bangsa ini terutama setelah pembatalan kebijakan Australia putih pada 1973 yang berusaha untuk menempatkan kebudayaan Inggris sebagai kebudayaan Australia. Bangsa Inggris pertama kali menggunakan Australia sebagai penampungan narapidana tepatnya di Sidney sejak 1788. Namun semenjak di temukannya pertambangan banyak orang Inggris dan Skotlandia akhirnya berbondong-bondong pergi ke Australia.

Semenjak perang dunia ke II, Austrlia membuka pintu selebar-lebarnya bagi arus imigrasi dari berbagai Negara terutama para korban perang dan pengungsi seperti korban komunisme Eropa Timur seperti Italia dan Yunani. Pengungsi kerusuhan Cile, El- Salvador, kamboja, Laos, China, Hong Kong, Taiwan, dan Turki. Banyaknya arus pendatang ini menjadikan Australia sebagai Negara pengungsi terbesar setelah Amerika Serikat dan Kanada.

Lalu, kedatangan para Imigran inilah yang selanjutnya memberikan corak tersendiri bagi keanekaragaman di benua Australia. Dalam hal agama misalnya, tercatat setidaknya selain Kristen anglikan sebagai agama mayoritas yang dianut oleh 4,6 juta penduduk. Juga adabeberapa agama juga hidup seperti Islam (2%), Buddha (2%), Hindu (1%), Yahudi, Sikh, Baha'I, dan Ahmadiyah.
Bahkan berdasar sensus 2006, agama-agama non-Kristen/Katolik semakin meningkat perkembangannya, yakni Hindu (55%), Islam (21%), dan Buddha (17%). Begitu pun bahasa yang digunakan. Selain bahasa Inggris, dalam komunikasi sehari-hari masih banyak warga Australia yang mempertahankan bahasa ibu seperti Italia,Yunani, Kanton,Arab, Mandarin, Vietnam, dan ada pula yang menggunakan bahasa Indonesia. Kebudayaan, agama, dan bahasa yang berwarna-warni kini membentuk Australia sebagai negara multikultural.

Selain daripada itu, apabila di Negara Eropa terjadi sentiment terhadap Islam pasca 9/11 maka tidak begitu halnya dengan Ausralia, pasalnya kehidupan Bergama islam juga sangat di Jamin di Austrlia dengan mendukung didirikannya masjid-masjid serta tempat-tempat ibadah bagi orang muslim di tempat umum, kampus dan sekolah-sekolah bahkan makanan halal pun mudah di dapatkan di Australia. Akhirnya kebanyakan muslim Australia yang berasal dari Indonesia, Lebanon, Turki, Afganistan, Pakistan, Bangladesh dan Irak tersebut dapat hidup dengan harmonis di Australia.

Dapat dinyatakan bahwa multikulturalisme di Australia merupakan suatu bentuk multikulturalisme yang memang sudah jauh terbentuk semenjak lama, serta menjadi bagian dari budaya dan kehidupan masyarajat Australia yang menghargai terhadap berbagai macam perbedaaan hingga saat ini.

Harahap, Ahmad Rivai, 2004. “Multikulturalisme dan Penerapannya dalam pemeliharaan kerukunan Umat Beragama”, halaman 45

Koran SI. 2009. Australia Kini : Makin Multikultural dan Toleran. [online]. Tersedia : http://suar.okezone.com/read/2009/07/05/283/235788/australia-kini-makin-multikultural-dan-toleran

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun