Model Stimulus-Response (Rangsangan-Tanggapan), atau lebih popul dengan sebutan model S-R menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima (receiver) sebagai akibat dari komunikasi.
Menurut model ini, dampak atau pengaruh yang terjadi pada pihak penerima, pada dasarnya menipakan suatu reaksi tertentu dan “stimulus” (rangsangan) tertentu.
Namun dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi? Apakah komunikasi model stimulus-response dapat diterapkan di binatang?
Tahukah kamu, apa itu stimulus dan respon?
Stimulus adalah peristiwa yang terjadi baik di luar maupun di dalam tubuh manusia yang menyebabkan timbulnya suatu perubahan tingkah laku. Respons adalah perubahan yang disebabkan oleh adanya stimulus (Wibowo,1988)
Menurut Ivan Petrovich Pavlov, stimulus adalah perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan, proses tersebut ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, Dia menemukan bahwa dia bisa menggunakan rangsangan netral, seperti nada atau cahaya, untuk membentuk perilaku (respon).
Eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov dan pakar lainnya tampaknya sangat dipengaruhi oleh pandangan behavioris bahwa gejala psikologis seseorang terlihat dalam perilakunya. Hal ini sejalan dengan pandangan Barker bahwa hal yang paling sentral dalam kehidupan manusia bukan hanya pikiran, peran, dan kata-kata, tetapi tindakan.
Jika dia melakukan sesuatu, ide tugas baru atau rencana baru mendapat arti yang tepat. Mulailah dengan hipotesis bahwa melalui penggunaan rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan harapan. Kemudian Pavlov bereksperimen dengan binatang (anjing) karena ia percaya bahwa binatang itu mirip dengan manusia.
Namun, terlepas dari semua kelebihannya, manusia pada dasarnya berbeda dari hewan, dan pada dasarnya stimulus dan respon bisa diterapkan di hewan contohnya perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan.
Karena pada awal anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel. Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan.
Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan. Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut: