Mohon tunggu...
Tisa MiftaniaAura
Tisa MiftaniaAura Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Halo, saya adalah mahasiswi semester 3 jurusan S1 Ilmu Komunikasi. Saya senang berbaur dengan banyak orang, mudah beradaptasi dengan lingkungan, saya mempunyai hobi main game, dan makan hehe.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mainan Tradisional di Museum Sri Baduga Bandung, dalam Perspektif Komunikasi Antar Budaya

9 November 2023   14:51 Diperbarui: 9 November 2023   15:04 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mainan Tradisional di Museum Sri Baduga Bandung (2)/dokpri

Museum Sri Baduga di Bandung menjadi saksi hidup evolusi budaya dan tradisi lokal, menjadi pendongeng yang melestarikan keaslian di era globalisasi. Pameran mainan tradisional museum ini tidak hanya mempertemukan artefak sejarah, namun juga membuka panggung untuk membawa kekayaan budaya Indonesia ke dunia internasional.

Mainan tradisional melambangkan cara Indonesia berbicara kepada dunia, mengundang dialog lintas budaya melalui pesona setiap detail mainan. Di era komunikasi global, mainan tradisional Museum Sri Baduga menjadi sarana populer yang mengundang pengunjung dari beragam budaya untuk menyerap dan mengapresiasi keindahan lokal. 

Pameran ini tidak hanya membantu anak-anak Indonesia menemukan dan mencintai warisan budayanya, tetapi juga membuka pintu pertukaran dengan anak-anak dari belahan dunia lain, mengenalkan mereka pada keragaman budaya budaya Indonesia.Mainan tradisional, sebagai jendela ke masa lalu, menjadi pintu gerbang untuk menjalin pemahaman dan persahabatan lintas batas.

Museum Sri Baduga melalui pameran mainan tradisionalnya tidak hanya menjadi gudang nilai-nilai budaya lokal tetapi juga sebagai agen komunikasi antar budaya. Dengan memadukan keindahan mainan tradisional dan komunikasi lintas budaya, museum ini menawarkan pengalaman yang kaya dan menstimulasi, sekaligus berkontribusi terhadap pelestarian dan penyebaran nilai-nilai budaya Indonesia ke seluruh dunia.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan transformasi gaya hidup, mainan tradisional dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks, terutama dalam konteks komunikasi antar budaya. Anak-anak zaman sekarang lebih cenderung tertarik pada mainan elektronik dan permainan video yang mendominasi pasar hiburan anak. Fenomena ini tidak hanya menciptakan kesenjangan dalam pemahaman generasi terhadap nilai-nilai budaya lokal, tetapi juga berpotensi memengaruhi cara anak-anak berkomunikasi dengan budaya mereka sendiri dan budaya-budaya lain di dunia.

Dalam era globalisasi dan konektivitas yang semakin erat, mainan elektronik menjadi jendela utama bagi anak-anak untuk berinteraksi dengan budaya dari berbagai belahan dunia. Sementara itu, mainan tradisional, yang sarat akan nilai-nilai budaya lokal, mungkin terabaikan dan terpinggirkan dalam komunikasi antar budaya. Tantangan utama yang dihadapi mainan tradisional adalah bagaimana mengemas kembali nilai-nilai budaya dalam bentuk yang dapat menarik perhatian anak-anak yang tumbuh di era digital, sambil tetap mempertahankan esensi dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya.

Ketidakseimbangan minat terhadap mainan tradisional dan elektronik juga dapat memberikan dampak pada cara generasi muda berkomunikasi dengan budaya mereka sendiri. Adanya dominasi mainan elektronik dapat membuat anak-anak lebih terhubung dengan budaya global daripada budaya lokal. Oleh karena itu, perlu adanya upaya lebih lanjut untuk mengintegrasikan mainan tradisional ke dalam kehidupan anak-anak, baik melalui pendekatan edukatif di sekolah maupun melalui kegiatan-kegiatan di masyarakat.

Dalam menghadapi tantangan ini, penting untuk mempertahankan nilai-nilai budaya lokal dalam mainan tradisional sambil menyesuaikannya dengan tren dan preferensi anak-anak modern. Kreativitas dalam merancang ulang mainan tradisional agar tetap menarik bagi generasi muda dapat menjadi solusi yang efektif. Dengan demikian, mainan tradisional tidak hanya akan bertahan, tetapi juga dapat berfungsi sebagai medium yang menyatukan generasi muda dengan akar budaya mereka, memupuk pemahaman, dan meningkatkan apresiasi terhadap keberagaman budaya.

Mainan Tradisional Masak-Masakan di Museum Sri Baduga Bandung/dokpri
Mainan Tradisional Masak-Masakan di Museum Sri Baduga Bandung/dokpri

Pameran mainan tradisional di Museum Sri Baduga tidak hanya memberikan kesempatan untuk menemukan kembali kekayaan budaya yang hampir terlupakan, tetapi juga menjadi ruang penting dalam konteks komunikasi antar budaya. Ketika anak-anak, generasi masa kini yang terpapar teknologi dan pengaruh global, mengunjungi pameran ini, upaya lebih harus dilakukan untuk mendorong mereka memahami nilai-nilai di balik setiap mainan tradisional.

Dalam konteks komunikasi antarbudaya, analisis yang cermat terhadap sejarah, gaya bermain, dan makna filosofis dari setiap mainan sangat penting untuk menghubungkan anak-anak dengan akar budayanya. Komunikasi antarbudaya tidak sebatas pemahaman tetapi juga melibatkan emosi dan pengalaman pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun