Pertanian merupakan salah satu sektor yang menggunakan banyak air. Air dibutuhkan untuk irigasi, penyiraman benih, pengendalian hama dan penyakit, dll.
Masalahnya, pertanian sangat penting untuk kehidupan manusia, karena ini akan menyediakan makanan untuk menopang kehidupan. Untungnya, muncul solusi bertani hemat air, yaitu irigasi tetes.
Apa itu Irigasi Tetes?
Irigasi tetes adalah metode penyiraman yang ramah lingkungan dan efisien dalam pertanian. Metode ini melibatkan penggunaan sistem pipa, selang, atau tabung yang dipasang di sekitar tanaman, yang meneteskan air dan nutrisi ke tanah dengan kecepatan yang sangat rendah, yaitu sekitar 2-20 liter/jam.
Dalam irigasi tetes, air akan terdistribusi secara merata dan langsung ke zona akar tanaman, tanpa harus membuang banyak air. Metode ini juga menciptakan kelembaban yang baik bagi tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh sumbur.
Sistem ini paling cocok digunakan di wilayah yang kualitas airnya buruk, tanahnya curam atau bergelombang, serta untuk tanaman bernilai tinggi yang memerlukan pengairan secara berkala.
Tanaman yang cocok untuk sistem irigasi tetes adalah Anggur, Pisang, Delima, Jeruk, Mangga, Lemon, Nanas, Kelapa, Kacang Mete, Pepaya, Aonla, Lengkeng, Semangka, Tomat, Cabai, Kubis, Kembang Kol, Bawang, Okra, Brinjal, Labu Pahit, Mentimun, Bayam, Labu Tebu, Kapas, Strawberry, dan masih banyak lagi.
Keuntungan Menggunakan Irigasi Tetes
Seperti disebutkan sebelumnya, irigasi tetes hemat air. Ini bisa menghemat air 50-70% dibandingkan dengan metode penyiraman tradisional seperti semprotan.
Irigasi tetes juga dapat meningkatkan produktivitas tanaman karena air disalurkan langsung ke akar tanaman. Tanaman menerima jumlah air yang konsisten dan sesuai dengan kebutuhan, yang menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik.
Karena irigasi tetes tidak membuat air melubrt di permukaan tanah, maka risiko penyakit dan gangguan tumbuhan akibat air berlebihan juga dapat diminimalkan. Selain itu, metode ini dapat mengurangi kelembaban di permukaan tanah, yang dapat membantu mengendalikan pertumbuhan gulma yang tidak diinginkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H