Mohon tunggu...
Tugas harian
Tugas harian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tersenyumlah yang lebar hingga merobek pipimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Musnah

15 Oktober 2021   13:19 Diperbarui: 15 Oktober 2021   13:57 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Patah di mana kau kemarin, Putra seorang padi
Benarkah abu itu lenyap sebelum mengucapkan perpisahan?
Mengasah di batu asahan, entah berapa lama akan kembali taring yang sudah padam

Dimakan api, dan kaki yang terkilir
Bagai halilintar mengurat di atas padang Turatea
Menyembunyikan keberadaan sisik jiwa yang melepuh

Patah di mana kau setelahnya, Putra angin malam
Benarkah luap asap menari hanya tidak ingin mengecup langit?
Menanam di tanah tanaman, mungkin setelah itu lapuk sebuah cengkraman

Tertelan oleh dingin perpisahan arang yang membeku
Sebelum diusap hapus, kening kerut tubuhmu
Bergelora bak matahari yang sedetiknya padam
Bagai badai malam menghantui mimpi pejalan kuburan
Patah yang tak menyambung, kau menanggung beban sebuah musnah...

Bungungloe, 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun