Patah di mana kau kemarin, Putra seorang padi
Benarkah abu itu lenyap sebelum mengucapkan perpisahan?
Mengasah di batu asahan, entah berapa lama akan kembali taring yang sudah padam
Dimakan api, dan kaki yang terkilir
Bagai halilintar mengurat di atas padang Turatea
Menyembunyikan keberadaan sisik jiwa yang melepuh
Patah di mana kau setelahnya, Putra angin malam
Benarkah luap asap menari hanya tidak ingin mengecup langit?
Menanam di tanah tanaman, mungkin setelah itu lapuk sebuah cengkraman
Tertelan oleh dingin perpisahan arang yang membeku
Sebelum diusap hapus, kening kerut tubuhmu
Bergelora bak matahari yang sedetiknya padam
Bagai badai malam menghantui mimpi pejalan kuburan
Patah yang tak menyambung, kau menanggung beban sebuah musnah...
Bungungloe, 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H