Mohon tunggu...
Tugas harian
Tugas harian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tersenyumlah yang lebar hingga merobek pipimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Riak Debu

10 Oktober 2021   16:20 Diperbarui: 10 Oktober 2021   16:25 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

berjalan gemulai menyusur riak debu
pohon-pohon asam Jawa menitipkan daun kering untuk disampaikan kepada lautan sesawahan, atas nasib kemarau di bulan Januari.

biarkan Romangpolong pergi mencari tuannya, meninggalkan jejak kepada bebatuan aspal yang berjanji untuk disembuhkan di bulan Februari.

setiap nasib memang ditentukan oleh arah masing - masing
bundaran Samata memisahkan kenangan tua dan hutan asam amoniak Antang.

sekali meninggalkan Pattalassang, mengacuhkan Bawakaraeng yang merengek dipertemukan dengan angin pembawa kabut menjahit rindunya.

aku tahu tak ada lagi untuk dikenang
sekiranya melintas kereta tak berwarna,
Samata adalah kota penuh debu, dan kenangan melekat pada titik-titik wajah yang dibasuh sekali, hilang tak berganti.

hingga hujan datang di bulan April
memangkunya di atas bahu awan kelabu, dilampiaskan melalui jemari hujan menggenang di dalam kubangan yang keruh.

aku kembali memanggil namamu saat suara pink nois mengubrak-abrik mimpi tidurku.

Samata, 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun