Tak lekang oleh waktu bahkan
Berpulan pulan saban
Kau tetap sama masih memawut
Di kepalamu ada rumah yang mengepulkan asap di cerobongnya
Dua anak gadis menari pada matamu
Mereka berputar dan memutih
Buat dua gaun seolah mengawang
Dua tangan lentikmu ditumbuhi belukar
Melilit segalanya
Dan dengan itu, kau mencubit mataku
Membuang aku pada pusaran jauh
Lautan penuh haus dan puja pujanya
Sekali kucoba ketuk pada pintu bibirmu
Kulihat mama menaiki meja makan
Menghidangkan kepada kita terompet-terompet mala
Dan dengan itu, kutahui
Ada yang disalah bilamana kita,
Mencoba menanam bunga di dada
Pada akhirnya kubiarkan kaki-kakimu melangkah
menitipkan tubuhmu di wajah
Dan bilamana ia kembali pada ketemuan kita yang kesekian,
Akan selalu ada rumah pada kepalamu
Dan mataku akan selalu memerah dicubitnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H