Mohon tunggu...
Tirta Adithiya nugraha
Tirta Adithiya nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - sedikitpi mahanganggur

bercita - cita menjadi elit global dan penerbang roket

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rekaman Satu

26 November 2020   15:25 Diperbarui: 26 November 2020   15:29 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di matamu yang coklat bersinar senja, kulihat ibu berdansa mengajakku mengeja.
pelukanmu yang hangat dan terasa kuat,
kuingat mama beruang kepada anaknya, pada setiap kali kau tersenyum, tebal bulu kecoklatan dan cakarmu
ada untuk mengayomi dan
setiap kali kau datang dengan pelukan setiap itu juga 'ku lihat ibuku di matamu.

Itulah ucap seorang wanita :
Di kala bising udara hangat.
Menambah letih hati yang terkikis;
bunyi - bunyi ironi
oleh kebenaran.

Pria itu menatapmu sekali lagi
mencari jantung pada pipi dan
kelopak matamu,
hanya ada titik - titik air
Kau tak rela.
namun, kau tetap menerjang
Toleh, kepada senja...

Kasih sayang selalu takluk
pada ketakutan

Kepada perempuan yang telah dewasa
tak ingin engku,
Jabat dari ibu
Jabat dari tulus,
bergetar dada
Dua insan termakan pikiran dan putusan;
Kepada pria yang disalahartikan
Kepada wanita, tak ingin pelukan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun