Sulitnya mencintai orang mati
haruskah melintas pada surga
dengan sayap - sayap merpati
demi cinta yang bernyawa?
Rumput kawanku geram melihatku
ia bertanya atas aku melakukannya
apakah ini soal rasa?
Tidak. Ini hanyalah neraka. Kataku.
Iapun mengangguk dan aku kecewa
aku bahkan tidak mengerti
atas bulan yang sembunyi dalam pasir
dan aku benci pahami
alasan laut sangat suka menerjang berdesir
aku hanya ingin jadi hujan yang kau puja
Meneteskan senyum pada pelukan yang kau hujat
dan aku adalah binatang rambat
pada pijakan malaikat - malaikat,
yang menawarkan perang menusuk berat
kepada waktu dan firasat
Aku hancur berkali - kali
terberai dan kembali kepada ibu di langit
menjatuhkan genggaman pada lubang -- lubang parit,
dalam. Terbakar musnah oleh sunyi
Begitulah hujan adalah abadi
Namun kepada orang mati
Bagaimana pula menawarkan diri?
Walau sungai mengalir namun nanar
Maka bibir senyum telah pudar
Laut memiliki mata hambar
Lalu engkau pelangi talu,
menyentuh jantung tak tahu malu
apa pedulimu?
serapah bumi sahabatku.
Walau perahu 'ku telah berkarat,
tenggelam pada gunung -gunung sengsara
aku akan memanjat terjal gelap hasrat
Maka dengarkan telinga -telinga bara,
sumbang. Aku adalah jeritan -jeritan akhirat
mencabik sebab -lelah, hanya jawab kepada lara :