Mematung kulihat warta,
Ku resapi sang kotak kaca,
Gelegar senjata membahana murka,
Memekakkan telinga, meremukkan jiwa.
Sembilu kurasa garang,
sayatnya mengiris bagai pedang,
Luka hatiku memeluk pedih,
Memikul tangis bergelayut sedih.
Nafas bukanlah lagi mutiara hidup,
Hidup bukanlah pula milik manusia,
Begitulah kau bangkit layaknya Tuhan,
Menggenggam semesta mencengkeram nyawa.
Bak hewan melata dijadikan umpan,
Tercabut hidupnya dimusnahkan dendam,
Amarah wajahmu menyala-nyala,
Bencimu mengamuk tak pandang siapa,
Ahhhh....
Teriakku lekat di dada,
Lolongku bersenandung duka,
Tangisku berlumur lara,
Duduk lesu mulut menganga.
Biarlah...
Biar kutabur bunga dalam kata...
Kubungkus melodi bela sungkawa,
Karnaku masih manusia,
Jeritku untukmu Kenya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H