Tahapan seleksi yang sering menjadi penyebab stress bagi para pencari kerja adalah tahapan seleksi PSIKOTES. Banyak informasi yang beredar terkait Psikotes ini, bahkan di toko toko buku banyak dijumpai buku buku yang menulis terkait Psikotes dengan judul judul yang mampu memancing pembaca untuk tertarik seperti trik mudah lolos Psikotes masuk BUMN, cara pasti lulus psikotes seleksi PNS dan lain lain.
Sebenarnya apa sich Psikotes itu? Dalam tulisan ini akan coba diungkap secara sederhana tentang seleksi Psikotes yang sebenarnya tidak menakutkan dan tidak perlu sampai membuat stress pesertanya.
Psikotes adalah salah satu tools atau alat seleksi yan sering digunakan karna memiliki standar ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam aktivitas Psikotes, yang akan digali dari peserta adalah potensi atau kapabilitas yang dimilikinya. Sedikit berbeda dari Psikotes adalah seleksi yang menggunakan model Assesment Centre. Dalam model Assesment Centre, proses seleksi dilakukan dengan menggunakan banyak tools/alat dan dibuat saling terkait agar mampu menggambarkan kondisi semirip mungkin dengan tuntutan pekerjaan yang akan dihadapi, sehingga yang dinilai atau diukur adalah kompetensi.
Kembali ke Psikotes, bahwa yang akan dinilai atau diukur adalah potensi yang dimiliki sehingga pada hakikatnya psikotes bukanlah seperti ujian kelulusan sekolah yang harus belajar dulu agar bisa lulus. Psikotes lebih banyak kepada menguji hal hal yang sebenarnya setiap orang normal kan mampu mengerjakan, namun karna adanya batasan waktu yang diberikan maka akan memunculkan respon yang berbeda beda pada setiap orang yang mengerjakan psikotes.
Secara garis besar Psikotes terbagi menjadi 2 kelompok tes besar yaitu tes yang mengenal adanya jawaban benar atau salah, dan satu kelompok lagi yaitu tes yang tidak mengenal adanya jawaban benar atau salah namun lebih menekankan pada kesesuaian dengan diri masing masing peserta.
Psikotes yang mengenal jawaban benar atau salah biasanya dimasukan dalam kelompok tes IQ dan waktu pengerjaannya juga dibuat terbatas, sehingga akan Nampak perbedaan hasil antar peserta tes terkait kemampuan menjawab soal yang diberikan dan pada akhirnya perbedaan hasil tersebut akan menggambarkan potensi seseorang untuk mampu atau kurang mampu menerima suatu penugasan tertentu.
Meskipun soalnya menuntut adanya jawaban benar, dalam tes IQ ini kita tidak perlu belajar seharian untuk menghapalkan sesuatu karna soal soal dalam tes IQ dibuat secara umum dan bebas budaya, artinya setiap orang seharusnya bisa menjawab itu seandainya diberikan waktu yang cukup atau lebih. Sering kali peserta tidak mampu menyelesaikan menjawab soal tes ini lebih dikarenakan adanya batasan waktu untuk menjawabnya dan disitulah sebenarnya letak kunci dari tes model ini. Bahwa kecepatan merespon dengan benar dan tepat menjadi suatu nilai pembeda Antara satu peserta dengan peserta yang lain.
Kelompok Psikotes yang kedua adalah soal soal psikotes yang tidak mengenal adanya jawaban benar atau salah. Pada soal soal model ini, jawaban yang diharapkan dari peserta adalah jawaban yang paling sesuai dengan diri masing masing. Inti dari jawaban atas soal soal model ini adalah menggambarkan secara mendekati tepat terkait bagaimana diri kita dan ini sangat penting karna gambaran itu akan dikaitkan dengan sesuai atau tidaknya gambaran diri tersebut dengan tuntutan pekerjaan yang akan kita masuki.
Dengan memahami apa dan bagaimana psikotes itu beserta manfaat apa yang akan diambil dari hasil gambaran psikotes tersebut, seharusnya kita bisa lebih santai dan nyaman dalam menghadapi psikotes ini karna kita tahu bahwa sebenarnya kita hanya sedang dipotret, sehingga kalo kita kita yakin dengan potensi yang kita miliki maka saat kita menghadapi "kamera" yang akan memotret kita, seharusnya tidak ada beban berlebihan yang harus kita persiapkan.
Bagaimana kalo kemudian ternyata kita mendapatkan hasil "tidak disarankan" dari psikotes yang kita ikuti?
Hasil tidak disarankan bukanlah sebuah putusan final hakim yang diartikan bahwa kita sebagai orang tidak mampu melakukan pekerjaan tersebut. Sesuai dengan filosofi dasar psikotes bahwa hasil psikotes adalah memotret kesesuaian potensi kita dengan tuntutan pekerjaan yang akan kita hadapi. Artinya kalo kita tidak disarankan untuk pekerjaan itu, bisa saja memang kita tidak cocok untuk pekerjaan itu dan akan sukses untuk pekerjaan lain yang lebih cocok. Atau bisa juga bahwa potensi kita jauh lebih tinggi dari tuntutan pekerjaan yang akan dihadapi.
Dengan pola pikir seperti itu, maka kita akan santai saja menikmati seleksi psikotes, dan sama santai nya juga saat mendapatkan penjelasan atas hasil psikotes itu, apakah disarankan atau tidak disarankan, itu hanyalah terkait dengan kesesuaian atau ketidaksesuaian saja. Bukan terkait dengan masalah mampu atau tidak mampu, bukan pula terkait pintar atau bodoh.
Maka dari itu, nikmatilah potret kita, dan kalo pingin berhasil maka ada dua hal yang dapat dilakukan yaitu selalu perbaiki potret kita melalui berbagai kegiatan pengembangan diri atau carilah pekerjaan yang memiliki kesesuaian paling tinggi dengan potret kita.
Selamat menikmati kesuksesan.......
Nantikan tips tips selanjutnya tentang Manajemen SDM
Salam.......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H