Oleh : Tiorida Hutabarat (132021004)
Mahasiswa progdi BK FKIP UKSW SALATIGA
Dosen pembimbing :Â
Drs.Tridjahjo Danny S.,M.SiÂ
Sapto irawan, S.Pd., M.Pd., MCE
Prodi BK FKIP UKSW Salatiga
Media sosial sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan Generasi Z. Generasi yang lahir pada rentang tahun 1997 hingga 2012 ini tumbuh bersama teknologi digital dan internet. Dengan waktu yang dihabiskan rata-rata di media  sosial, mereka menggunakan platform-platform seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan YouTube tidak hanya untuk berinteraksi dengan teman-teman, tetapi juga untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan mengekspresikan diri.
Hasil survey yang dirilis menunjukkan bahwa Jumlah Pengguna media sosial di Indonesia tahun 2024 menurut databoks.katadata.co.id :
Sumber https: //databoks.katadata.co.id/teknologi-telekomunikasi/statistik/66ea436ab12f2/ini-media-sosial-paling-banyak-digunakan-di-indonesia-awal-2024Â
Media sosial memungkinkan mereka untuk terhubung dengan dunia luar, berbagi pengalaman, serta membentuk identitas digital mereka. Namun, meskipun membawa banyak manfaat, media sosial juga dapat menimbulkan tantangan, seperti tekanan sosial, kecemasan, dan kecanduan.Selain itu, media sosial juga telah mengubah cara Gen Z melihat dunia, berkomunikasi, dan mengonsumsi informasi. Misalnya, mereka lebih cenderung mengakses berita dan tren melalui platform seperti TikTok, yang menyajikan informasi secara cepat dan visual, dibandingkan dengan media tradisional. Mereka juga lebih mudah terpapar dengan berbagai macam opini, ideologi, dan gaya hidup, yang seringkali membentuk pandangan mereka tentang dunia. Bagi Gen Z, media sosial juga merupakan alat untuk membangun komunitas. Banyak yang menggunakan platform ini untuk mencari dukungan atau berbagi pengalaman terkait isu-isu penting seperti kesehatan mental, keberagaman, dan perubahan iklim. Media sosial memberi mereka ruang untuk berbicara tentang hal-hal yang sebelumnya mungkin dianggap tabu atau sulit untuk dibicarakan.
Namun, dengan semua kemudahan dan akses ini, Gen Z juga dihadapkan pada tantangan seperti membangun batasan yang sehat terhadap penggunaan media sosial, serta menghadapi fenomena "FOMO" (fear of missing out) yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental mereka. Lalu bagaimana korelasi konsumsi media sosial bagi kehidupan gen Z?
1. Peran Media Sosial dalam Kehidupan Generasi Z
Generasi Z cenderung memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk berkomunikasi, mendapatkan informasi, hingga membangun identitas diri. Media sosial juga menjadi sarana untuk mengeksplorasi minat, belajar tentang budaya yang berbeda, hingga menciptakan jejaring sosial. Namun, tingginya interaksi melalui layar dibandingkan interaksi tatap muka dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang berbeda dari generasi sebelumnya.
2. Dampak Positif Media Sosial pada Kesehatan Mental
Media sosial tidak selalu memberikan efek negatif. Beberapa dampak positifnya antara lain:
- Mendukung Kesehatan Mental Positif: Media sosial memungkinkan akses ke sumber daya kesehatan mental dan informasi yang bermanfaat. Banyak akun atau komunitas yang berbagi konten edukatif tentang kesehatan mental, yang memberikan dukungan bagi mereka yang mungkin membutuhkan bantuan (Mental Health Foundation (2020), sekitar 41% pengguna media sosial merasa bahwa mereka mendapatkan dukungan emosional melalui konten-konten terkait kesehatan mental. Komunitas daring, seperti forum atau grup media sosial, sering kali menjadi tempat berbagi pengalaman dan saran. Hal ini membantu individu merasa lebih dipahami dan mendapat bantuan yang mungkin sulit diakses di dunia nyata)
- Menjalin Relasi Sosial: Media sosial memungkinkan Generasi Z menjalin dan mempertahankan hubungan dengan teman, keluarga, bahkan orang-orang dari berbagai belahan dunia yang memiliki minat atau pengalaman serupa (Penelitian dari Pew Research Center (2022) menunjukkan bahwa 57% remaja menggunakan media sosial untuk memperkuat hubungan dengan teman-teman mereka. Selama pandemi COVID-19, media sosial menjadi alat utama untuk menjaga interaksi sosial, yang terbukti dapat mengurangi perasaan isolasi dan meningkatkan kesejahteraan emosional).
- Ekspresi Diri : Platform ini memberi kesempatan bagi Generasi Z untuk mengekspresikan diri secara kreatif, entah melalui seni, tulisan, musik, atau konten lainnya, sehingga bisa menjadi alat penyaluran emosi (Penelitian dari Journal of Creative Behavior (2021) menemukan bahwa partisipasi aktif dalam aktivitas kreatif di platform media sosial, seperti membuat video, menulis blog, atau berbagi karya seni, berhubungan dengan peningkatan rasa percaya diri dan pengurangan gejala stres. Media sosial juga memungkinkan generasi muda untuk berbicara tentang isu-isu yang penting bagi mereka, memberikan rasa pencapaian dan tujuan).
3. Dampak Negatif Media Sosial pada Kesehatan Mental
Namun, banyak studi menunjukkan dampak negatif media sosial pada kesehatan mental Generasi Z. Beberapa di antaranya adalah:
- Meningkatkan Risiko Depresi dan Kecemasan : Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan perasaan cemas dan terisolasi. Perbandingan diri dengan kehidupan ideal orang lain yang ditampilkan di media sosial sering kali memicu perasaan rendah diri, kesepian, hingga depresi (Sebuah studi oleh Lancet Psychiatry (2019) menemukan bahwa remaja yang menghabiskan lebih dari tiga jam sehari di media sosial memiliki kemungkinan lebih besar mengalami gejala kecemasan dan depresi. Perbandingan diri dengan kehidupan "sempurna" yang ditampilkan di media sosial dapat memicu perasaan rendah diri dan isolasi sosial)
- Menyebabkan FOMO (fear of missing out) : FOMO, atau rasa takut ketinggalan, sering muncul ketika seseorang melihat unggahan orang lain yang menunjukkan momen bahagia atau pencapaian. Generasi Z yang sering terpapar konten ini mungkin merasa bahwa mereka harus "mengejar" standar sosial yang tidak realistis (Penelitian dari Journal of Social and Clinical Psychology (2018) menunjukkan bahwa individu yang sering terpapar unggahan tentang aktivitas sosial orang lain lebih mungkin mengalami stres dan kecemasan karena merasa tertinggal dari tren atau momen tertentu. Generasi Z, yang sangat aktif di media sosial, lebih rentan terhadap perasaan ini).
- Dampak pada Harga Diri : Media sosial membuat Generasi Z rentan pada konsep tubuh yang tidak realistis karena banyaknya konten yang mempromosikan standar kecantikan tertentu. Hal ini dapat mengganggu citra tubuh dan mengurangi rasa percaya diri (Sebuah survei oleh Dove Self-Esteem Project (2021) menemukan bahwa 70% remaja perempuan merasa tekanan untuk tampil sempurna di media sosial memengaruhi rasa percaya diri mereka. Foto-foto yang diedit dan promosi citra tubuh tertentu sering kali membuat individu merasa tidak puas dengan diri sendiri, sehingga berisiko mengalami gangguan citra tubuh).
- Cyberbullying : Salah satu risiko utama yang muncul akibat penggunaan media sosial adalah cyberbullying, yang dapat memberikan dampak emosional negatif. Cyberbullying telah terbukti memicu stres dan rasa tidak aman, serta berkontribusi pada gangguan kesehatan mental, termasuk depresi dan keinginan untuk menyakiti diri sendiri (data dari National Bullying Prevention Center (2022), sekitar 37% remaja melaporkan pernah menjadi korban cyberbullying. Cyberbullying dapat memicu perasaan cemas, depresi, hingga keinginan menyakiti diri sendiri. Studi lain dari Journal of Adolescent Health (2020) mencatat bahwa korban cyberbullying memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami gangguan kesehatan mental dibandingkan mereka yang tidak mengalaminya)
4. Faktor Pemicu Dampak Negatif Media Sosial
Beberapa faktor yang memperparah dampak media sosial pada kesehatan mental di kalangan Generasi Z adalah:
- Durasi Penggunaan : Penggunaan media sosial dalam durasi yang lama dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya dampak negatif, khususnya jika digunakan lebih dari 2 jam sehari (Penelitian dari Journal of American Medical Association (JAMA) Pediatrics (2019) menunjukkan bahwa remaja yang menggunakan media sosial lebih dari dua jam sehari memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan dan depresi. Waktu yang berlebihan di media sosial dapat mengurangi waktu untuk interaksi sosial tatap muka dan aktivitas yang meningkatkan kesejahteraan, seperti olahraga atau tidur).
- Konten yang Dikonsumsi : Jenis konten yang diakses juga memainkan peran besar. Mengonsumsi konten yang menampilkan gaya hidup mewah, tubuh ideal, atau kesuksesan bisa membuat seseorang merasa tidak cukup baik (Survei dari Royal Society for Public Health (2017) menemukan bahwa 63% pengguna media sosial merasa bahwa konten yang menampilkan gaya hidup mewah atau tubuh ideal memengaruhi pandangan mereka terhadap diri sendiri. Mengonsumsi konten seperti ini dapat memicu perasaan tidak cukup baik dan membandingkan diri secara negatif dengan orang lain).
- Kurangnya Kesadaran Diri : Generasi Z yang sering terpaku pada ponsel dan media sosial mungkin kesulitan menyadari dampak negatif yang terjadi pada diri mereka sendiri (Penelitian dari Common Sense Media (2021) menunjukkan bahwa 54% remaja merasa mereka terlalu sering menggunakan media sosial, tetapi hanya 32% yang secara aktif mencoba mengurangi penggunaannya. Ketergantungan pada media sosial dapat menyebabkan kesulitan dalam menyadari efek buruk yang dialami, seperti berkurangnya waktu tidur atau peningkatan stres).
5. Cara Mengurangi Dampak Negatif Media Sosial
Beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi dampak negatif media sosial pada kesehatan mental Generasi Z adalah:
- Membatasi Waktu di Media Sosial : Penggunaan media sosial secara terbatas dapat membantu mengurangi perasaan cemas dan terisolasi.
- Konsumsi Konten yang Sehat : Mengikuti akun-akun yang mempromosikan kesehatan mental positif dan menciptakan lingkungan daring yang mendukung.
- Membangun Kesadaran Diri : Penting bagi Generasi Z untuk memahami bahwa kehidupan yang mereka lihat di media sosial seringkali bukan cerminan kehidupan nyata.
- Memanfaatkan Media Sosial dengan Bijak : Memilih untuk hanya mengakses konten yang bermanfaat, seperti informasi edukatif atau hiburan yang positif, dan meminimalkan eksposur pada konten yang menimbulkan perbandingan diri.
      Media sosial memang memiliki peran penting dalam kehidupan Generasi Z, baik secara positif maupun negatif. Pengaruhnya terhadap kesehatan mental tidak bisa dianggap remeh, mengingat tingginya intensitas penggunaan di kalangan anak muda. Namun, dengan kesadaran dan pengelolaan penggunaan yang bijaksana, dampak negatif media sosial bisa diminimalkan. Edukasi mengenai cara penggunaan yang sehat dan dampaknya terhadap kesehatan mental harus terus digalakkan, agar Generasi Z dapat tumbuh menjadi individu yang lebih seimbang dan sehat secara mental.
Referensi
RRI.co.id. (2024). Statistik Penggunaan Media Sosial Masyarakat Indonesia Tahun 2024.
Databoks Katadata. (2024). Statistik Media Sosial di Indonesia 2024.
Mental Health Foundation. (2020). https://www.mentalhealth.org.uk/about-us/mental-health-foundation-2020-2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H