Jangan pernah kau bohongi dirmu sendiri.
Ikatan batin yang sangat kuat, tak mungkin bisa kau sembunyikan.
Aku tau, kamu malu untuk menampakan.
Hanya menikmati dalam tersembunyian.
Sangat disayangkan, wajah cantikmu tidak bisa ku lihat.
Apalagi namamu, indah untuk dilukiskan.
Momen pagi, hanya matahari yang menyaksikan.
Ini yang Aku tunggu.
Rasa cemas, senang, putus asa, rindu campur aduk jadi satu.
Sangat kecewa yang Aku dapatkan.
Kenapa dirimu tak ada kabar seperti dulu?
Oooooo, tidak, tidak, tidak, aku harus positif untuk memikirkan.
Aku sendiri melangkah, dengan gontai hanya ditemani sahabatku yang setia menemani.
Sahabatku ini, hanya makhluk mati yang tak ku bisa ajak bicara.
Hanya orang gila saja yang berani untuk melakukan ini.
Melangkah jauh, suara benturan sahabatku dengan tanah, mengundang orang untuk peduli.
Tapi tidak demikian, Aku bisa sendiri sampai tujuan yang sama
Tersambar kupu-kupu yang halus menggenggam tangan ini.
Kagetlah diriku ini.
Dengar suaranya yang halus.
ku pegang sayapnya dengan penuh hati-hati.
Menawarkan diri untuk terbang dengan rasa tulus.
Membawa diriku  ini tuk terbang tinggi.
Menuju  tempat yang dinanti.
Kenapa bukan dia yang membawa terbang.
Ku beranikan kirim sinyal untuk mengetahui.
Kabar sedih, Ia sedang patah sayapnya.
Ku tak tau alamatnya.
Hanya doa ku untukmu seorang.
Dengan tulus dan rasa cinta.
Tak mungkin kamu mengetahui perasaan ini.
Sangatlah besar.
Hanya Aku dan Tuhan yang mengetahui.
Entalah dengan kamu.
Apakah sama sepertiku?
Atau hanya ini semata imajinasiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H