Mohon tunggu...
Tio Duanov
Tio Duanov Mohon Tunggu... -

Penyiar RRI PRo2 Malang , future accountant, future travel-writer, follow me @prast_tio

Selanjutnya

Tutup

Money

Manajemen Tukang Cukur

17 Desember 2012   00:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:32 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah melihat tukang cukur? Bukan yang di salon atau barber shop tapi tukang cukur yang biasanya membuka jasanya dipinggir jalan. Miungkin sebagian cowok familiar ya dengan keberadaan tukang cukur pinggir jalan ini. Jujur saja, saya juga salah satu pengguna jasa ini dari SD sampai SMA. Saat kuliah sampai sekarang saya lebih sering ke salon. Hehehe..

No no no, i won’t talk about my experience of being cut by a barber. Saya tergerak bikin tulisan “Manajemen Tukang Cukur” setelah beberapa waktu lalu dosen saya bercerita tentang bagaimana mereka bekerja. Walaupun terkesan simpel but it realy does.

Yang pertama. Tukang cukur pinggir jalan menyapa langsung pelanggannya. Tidak ada resepsionis seperti di salon-salon yang menanyakan apa yang kita inginkan atau menyilakan kita duduk. Tukung cukur langsung menyilakan pelanggannya menunggu jika saat itu ada beberapa orang datang.

Kedua. Tukang cukur mengerjakan tugasnya sendiri memangkas rambut pelanggannya. Hampir tidak pernah dijumpai ada dua orang yang memangkas rambut seorang saja. Dia menanyakan sendiri mau model macam apa kemudian mengerjakan sendirian.

Ketiga. Setelah selesai mencukur rambut. Yang kita lakukan adalah membayar jasanya kan. Coba ingat-ingat siapa yang menerima uang kita? Tukang cukur itu lagi ya? Yang ngasih kembalian kalau uang kita lebih? Dia juga kan. Wah, fungsi kasir pun juga dilakukan oleh seorang tukang cukur pinggir jalan.

Keempat. Tempat cukur tentunya menjadi tempat yang cukup kotor karena rambut berserakan dimana-mana. Lagi-lagi di sini dia membersihkan ruangan kerjanya sendiri. Menyapu rambut hasil pangkasan untuk dibuang.

Dari empat  hal tadi kita bisa menarik kesimpulan bahwa seorang tukang cukur benar-benar bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain. Tidak terbayang di era modern seperti sekarang ini masih ada hal-hal yang bisa dilakukan sendiri.

Nah inilah yang tidak bisa kita contoh dari seorang tukang cukur. Kita bisa saja mencontoh kegigihannya dalam bekerja namun dalam pekerjaanya tidak ada unsur organisasi yang memungkinkan orang lain untuk membantunya. Jika organisasi didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai visi sama dan bekerja bersama-sama. Maka saat berorganisasi atau menjadi bagian dari sebuah organisasi, janganlah bekerja sendiri. Kemampuan team work akan lebih efketif dan efisien untuk menyelesaikan masalah-masalah .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun