Neuroekonomi adalah bidang interdisipliner yang menggabungkan prinsip-prinsip ekonomi, psikologi, dan neuroscience (ilmu saraf) untuk memahami bagaimana manusia membuat keputusan ekonomi. Bidang ini mencoba untuk menjembatani antara teori ekonomi yang sering kali menganggap individu bertindak rasional dan kenyataan bahwa keputusan manusia sering dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, emosional, dan kognitif. Untuk memahami hubungan antara akuntansi dan anatomi otak dalam konteks neuroekonomi, kita perlu menyelidiki dua aspek penting: proses pengambilan keputusan dalam otak dan bagaimana akuntansi dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan-keputusan tersebut.Â
Otak manusia terdiri dari berbagai bagian yang memiliki peran spesifik dalam proses pengambilan keputusan. Bagian otak ini sangat penting untuk pengambilan keputusan yang rasional dan jangka panjang. Prefrontal Cortex (PFC) mengontrol perencanaan, pengendalian impuls, dan pemikiran kritis. Dalam konteks ekonomi, PFC berperan dalam mengevaluasi keuntungan atau kerugian dari berbagai pilihan yang ada. Amygdala: Berfungsi sebagai pusat pengolahan emosi, amigdala seringkali terlibat dalam keputusan yang dipengaruhi oleh ketakutan, kecemasan, atau motivasi emosional. Banyak keputusan ekonomi yang tidak sepenuhnya rasional, seperti pembelian impulsif atau penghindaran risiko yang berlebihan, bisa dijelaskan oleh pengaruh amigdala. Â Ventral Striatum (VS): Terkait dengan motivasi dan hadiah. Dalam neuroekonomi, VS dianggap sangat penting karena otak merespons potensi keuntungan atau penghargaan melalui daerah ini, yang mendorong individu untuk membuat keputusan yang dapat memberikan imbalan. Insula: Mengatur perasaan cemas dan rasa tidak nyaman. Ketika seseorang dihadapkan dengan risiko atau ketidakpastian dalam keputusan ekonomi, insula dapat sangat aktif, yang mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk menghindari risiko atau merasa tidak nyaman dengan keputusan yang harus diambil.Â
Akuntansi, sebagai alat untuk mencatat, mengukur, dan melaporkan informasi keuangan, memainkan peran kunci dalam pengambilan keputusan ekonomi baik di tingkat individu maupun organisasi. Dalam konteks neuroekonomi, kita bisa memeriksa bagaimana informasi keuangan dan akuntansi memengaruhi proses pengambilan keputusan di otak. Saat orang menerima informasi keuangan, baik itu laporan laba rugi atau neraca keuangan, otak mereka memproses informasi tersebut dengan cara tertentu. Prefrontal cortex berperan dalam menganalisis data dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya, sementara amigdala mungkin merespons dengan kecemasan jika data menunjukkan kerugian atau ancaman finansial. dalam memilih antara investasi atau pengeluaran, akuntansi menyediakan informasi yang membantu memetakan risiko dan keuntungan. Namun, keputusan tidak selalu didasarkan pada angka-angka yang objektif. Faktor emosional yang diproses oleh amigdala dan ventral striatum, serta kecenderungan untuk menghindari kerugian (bias loss aversion), dapat mempengaruhi keputusan yang diambil meskipun data akuntansi menunjukkan hasil yang menguntungkan.
Dalam praktek akuntansi, profesional sering kali menghadapi keputusan yang dapat dipengaruhi oleh bias kognitif, seperti overconfidence atau herd behavior (mengikuti keputusan orang lain). Ini menunjukkan bagaimana pengaruh psikologis dan neurologis dapat memengaruhi pelaporan dan interpretasi data keuangan. Akuntansi juga mencakup analisis risiko yang terintegrasi dalam laporan keuangan dan proyeksi. Namun, otak kita tidak selalu menilai risiko secara rasional. Bias seperti overestimation atau underestimation dapat memengaruhi keputusan keuangan berdasarkan persepsi yang diproses oleh insula atau amigdala. Seperti yang ditunjukkan oleh teori ekonomi perilaku, orang cenderung lebih sensitif terhadap kerugian daripada keuntungan (loss aversion). Bias ini dapat menjelaskan fenomena dalam pengambilan keputusan akuntansi, seperti memilih untuk tidak menjual saham yang merugi atau mempertahankan aset yang sudah tidak menguntungkan.
Neuroekonomi memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana faktor-faktor biologis dan psikologis mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi. Akuntansi, sebagai alat untuk merekam dan melaporkan informasi keuangan, tidak hanya bergantung pada data angka yang objektif, tetapi juga dipengaruhi oleh reaksi emosional dan psikologis individu. Dengan memadukan prinsip-prinsip neuroekonomi dalam praktik akuntansi, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai perilaku ekonomi manusia, yang pada akhirnya dapat membantu dalam merancang kebijakan atau strategi yang lebih efektif dalam dunia bisnis dan keuangan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H