Masalah kemacetan lalu lintas yang semakin ruwet tidak luput dari pemberitaan media massa bahkan menjadi konsumsi segmen tersendiri terutama di kota besar seperti Jakarta, Surabaya dimana kemacetan selalu menyiksa warganya. Bahkan di kota-kota wisata pun seperti Jogyakarta, Solo, Bandung, Denpasar semua mengalami kemacetan yang semakin parah terlebih sebelum dan sepulang jam kantor.Usaha pemerintah Solo mengadakan railbus dan bus tingkat (sightseeing bus) untuk wisatawan memang patut diacungkan jempol. Memang sudah sepatutnya pemerintah memikirkan kemudahan transportasi bagi warganya sehingga kota menjadi tempat yang nyaman sebagai tempat tinggal maupun tempat berkarya.
Sempat beberapa kali mengunjungi luar negeri, saya merasa sedih bila membandingkan kenyamanan transportasi disana dengan negeri sendiri. Lihat saja Singapura, sarana tranportasi MRT (mass rapid transportation) sangat efisien dan mudah diakses. Sebuah negeri kecil dengan luas 274 km2 saja,dihuni hanya sekitar 4 juta jiwa memiliki lebih dari 50 stop stations dalam sistem MRT nya. Masyarakat Singapura sangat terbiasa dengan MRT, sehingga mereka lebih memilih menggunakan MRT daripada mobil pribadi. Biaya sekali naik MRT tidak sampai Rp.7,500 tergantung jarak antara station awal dengan station tujuan. Suasana didalam MRT pun relatif nyaman dan informatif karena platform perjalanan ditempelkan di dinding atas pintu MRT, running text dan voice announcement selalu menginformasikan semua station yang dilalui.Selain mengurangi kemacetan lalu lintas, pengadaan MRT ini juga membuat warga menjadi terbiasa berolahraga jalan kaki menuju station - stationnya.
Platform yang sama juga saya temui di Beijing, Shanghai, Bangkok. Bahkan di Beijing dan Shanghai, tarif MRT, sering mereka sebut sebagai subway, lebih murah daripada Singapura, maksimal masih dibawah lima ribu rupiah tergantung jarak tempuh station tujuan. Meskipun MRT sangat populer, bus kota tetap penuh penumpang karena memang pemerintahnya menata trayek lintasan dengan rapih sehingga tidak terjadi rebutan penumpang. Setiap bus kota punya kode tersediri dengan lintasan dan stop point yang sudah pasti, bahkan jam beroperasinya juga sudah ditentuken untuk tiap kode bus. Semua informasi terpampang jelas pada setiap bus stop. Bus hanya boleh menurunkan dan menaikan penumpang pada bus stop yang masuk dalam trayeknya saja, sehingga tidak stop di sembarang tempat untuk menaikan atau menurunkan penumpang seperti yang jamak terjadi di negeri kita. Kekurangannya hanya satu yaitu semua informasi di bus stop ditulis dalam kanji China tanpa huruf latin sehingga agak sulit bagi wisatawan asing. Tarif bus kota hanya 1 RMB atau sekitar Rp.1,500 tiap kali naik,potongan sampai 50% bila menggunakan public transportation card, bahkan orang tua diatas 60 tahun tidak perlu bayar alias gratis.
Lebih unik lagi di Bangkok, selain subway dan sky train, mereka juga memanfaatkan sungai dan boat sebagai sarana tranportasi umum bebas macet. Pengaturan lintasan boat mirip dengan bus kota, stop point di beberapa dermaga. Seharusnya Indonesia pun dapat memanfaatkan sungai seperti ini karena banyak sekali sungai penghubung antar bagian kota yang belum diintegrasikan sebagai infrastruktur transportasi. Selain mengurangi macet di jalan darat, pemanfaatan sungai dapat menambah penghasilan daerah.
Sistem tranportasi yang lebih kompleks dapat kita temui di Jepang. Selain MRT yang juga disebut subway dengan ratusan stop station, disana juga ada kereta JR (Japan Railway) dan Shinkansen (kereta super cepat yang hanya melayani antar kota tertentu). Tarif yang dipatok tergolong mahal, yang terendah sekitar 110 yen atau sekitar Rp.14,000 tergantung jarak station tujuan. Sangat kompleks, namun semuanya dapat berjalan lancar.Seharusnya Indonesia mau belajar dan meniru Jepang mengenai pengaturan transportasi umum.
Semoga saja MRT yang direncanakan pemeritah Indonesia benar-benar dapat beroperasi lancar dan bukan hanya mimpi MRT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H