Mohon tunggu...
Tiny Wijaya
Tiny Wijaya Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Have a hobby in writing,reading,singing and glad to have time for sharing with others for goodness.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Vending Machine dan Antrian di Jepang

15 Oktober 2012   12:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:49 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jepang terkenal paling getol mengembangkan dan menyempurnakan teknologi robotik di berbagai bidang sehingga pemakaian tenaga manusia bisa diminilisir dan lebih efisien. Pemakaian mesin sebagai penganti tenaga manusia terbukti dari banyaknya vending machine yang tersebar di seluruh penjuru Jepang. Vending machine adalah mesin yang dapat melayani pembelian berbagai produk yang dipajang pada display mesin tersebut secara otomatis atau swalayan. Pembeli hanya tinggal memasukan uang ke mesin tersebut, memencet tombol produk yang diinginkan dan produk segera otomatis keluar beserta uang kembalian jika memang ada.

Produk umum yang biasa kita lihat dijual melalui vending machine adalah minuman kemasan dan rokok. Namun di Jepang, produknya sangat beraneka ragam seperti buah segar potong, permen, kue kering, coklat, tiket transportasi, tiket pertunjukan, sampai souvenir pun dijual melalui vending machine. Bahkan salon dan restaurant juga menggunakan vending machine. Namu untuk kedua tempat ini yang keluar adalah tiket atau karcis yang sesuai dengan menu yang kita pilih dan kemudian karcis tersebut diserahkan kepada pelayan untuk dilayani. Cara seperti ini sangat efisien bagi para pelakiusaha karena mereka bisa mengurangi tenaga kasir dan pelayan pencatat menu pemesanan awal sekaligus menjamin keamanan transaksi karena semua dibayar dimuka.

Jumlahnya yang sangat banyak seantero Jepang bahkan di tempat yang tidak terlalu banyak dilewati orang pun masih bisa kita temui vending machine. Mungkin biaya investasi vending machine yang visible menjadikan pemakaiannya meningkat. Berdasarkan fakta ini pula dapat kita tarik kesimpulan bahwa kejujuran orang Jepang dapat diandalkan. Apakah kondisi yang sama dapat kita terapkan di Indonesia ? Beranikah orang menaruh vending machine di trotoar jalan – jalan utama hingga jalan yang sepi di kota-kota besar ? Apakah barang –barang yang terdisplay dan uang yang tersimpan dalam vending machine itu akan aman selama berminggu-minggu ?. Masih ada rasa pesimis yang terlintas. Mungkin masih butuh waktu bagi kita untuk menyamai Jepang.

Selain kejujuran, kedisipilinan juga sangat kental terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Orang Jepang sangat disiplin terhadap waktu. Waktu keberangkatan dan ketibaan transportasi umum seperti bus, kereta sangat tepat, kalaupun meleset maksimal hanya dua menit. Perilaku disipilin ini berkembang sampai budaya antri yang juga menimbulkan kekaguman tersendiri bagi yang menyaksikannya.

Bayangkan saja, tanpa disuruh, calon penumpang secara otomatis berbaris rapi didepan garis aman menunggu kereta atau subway yang akan datang, di restaurant mereka juga berbaris antri seperti lazimnya antrian nasabah bank di Indonesia, bahkan mau berfoto dengan patung Mickey Mouse di Disneyland dengan lahan terbuka 360 derajat pun tanpa diperintah mereka akan antri dengan sendirinya. Padahal kalau mereka keluar dari antrian tersebut dan mengambil sudut pemotretan yang lebih ke pinggir mereka dapat langsung memotret patung Mickey Mouse tanpa harus mengantri sampai puluhan orang. Mengagumkan!

Perilaku – perilaku tersebut dapat menjadi budaya karena memang sudah terbentuk dari karakter yang tumbuh dari pengajaran sejak dini di tingkat pendidikan sehingga berubah menjadi kebiasaan yang kontrolnya ada di setiap diri masing-masing warga sendiri. Pemerintah tentunya pasti juga punya andil besar di dalam proses pembentukan tersebut. Peran serta pemerintah Jepang ini lah yang seharusnya dipelajari oleh pemerintah Indonesia dan coba diterapkan. Siapa tahu kita juga bisa meniru perilaku orang Jepang. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun