Mohon tunggu...
Ricky
Ricky Mohon Tunggu... Konsultan - Just ordinary people

Logic. Like a vulcan.

Selanjutnya

Tutup

Beauty

IT dan Pariwisata

13 Februari 2019   08:00 Diperbarui: 13 Februari 2019   07:59 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pernah ke Tebing Breksi? Taman bunga Resoinangun? Hutan pinus? 10 tahun yang lalu siapa yang mau ke sana? Sedikit sekali karena tidak ada wahana permainan, bukan wisata kuliner juga tidak menawarkan pemandangan yang spektakuler sekali.  Siapa yang mau ke Tebing Breksi? Panas, tidak ada angkutan umum ke sana juga tidak ada atraksi bagi anak-anak. 

Tapi itu dulu. Sekarang beda cerita. Karena apa? Instagram (IG), Facebook.  Karena aplikasi social media. Information technology yang digabung dengan hobi selfie dan foto-foto sudah merubah bisnis pariwisata. 

Satu hal yang mungkin tidak disadari oleh pendiri IG dulu. Saat ini kalau buka kafe pertama-tama desainlah agar instagrammable. Itu mandatory, is a must. Rasa nomor dua. 

Wisatawan pemburu spot foto tidak terlalu peduli dengan rasa, selama rasanya standar dan tidak mengecewakan, okelah. Paling-paling di kunjungan kedua mereka akan menghindari menu tertentu dan cuma pesan minum saja. Selebihnya hunting foto.

Para pemburu foto ini lama-lama tidak puas kalau cuma jepret asal-asalan lalu upload. Mereka ingin hasil fotonya seperti hasil jepretan fotografer profesional, ya paling tidak mendekati, tapi juga tidak mau repot editing apalagi menyiapkan objek. Inginnya setelah jepret, adjust sedikit, geser sedikit, crop sedikit, kasih watermark dan aha, jadi.

 Maka buku panduan praktis "bagaimana membuat foto profesional dengan smartphone" pun laris manis. Para profesional yang bergerak di bidang fotografi dan (kebetulan) punya bakat menulis ikut kebagian rejeki.

Kembali pada tulisan pembuka, lokasi bekas tambang batu kapur yang ternyata instagrammable itu menjadi sumber rejeki baru masyarakat lokal. Ada yang menjadi juru parkir, pemandu wisata, lalu yang punya modal membuka warung atau kios pulsa. Jaman sekarang, paket data itu sama pentingnya dengan kebutuhan primer lainnya. Warung pasti butuh supply, maka distributor minuman ringan, mie instant, snack sampai pedagang telor ikut kecipratan rejeki.

Efek domino dari hasil merger IT dan kegemaran foto-foto. Bagian dari ekonomi kreatif? Ya mungkin, tapi message of the story; dengan perkembangan teknologi informasi akan muncul peluang-peluang baru. Cari duit bukan cuma kerja kantoran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun