Mohon tunggu...
Joe Gievano
Joe Gievano Mohon Tunggu... -

sutradara dan penulis. tintascreenplay.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Film Sudah Tidak Memuaskan Lagi

16 Maret 2013   07:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:41 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13634192001476255118

[caption id="attachment_249729" align="aligncenter" width="517" caption="The Sopranos"][/caption] Mungkin anda sudah merasakannya, mungkin belum. Telah terjadi perubahan pelan-pelan tapi signifikan di antara film-film mainstream Hollywood dan serial TV. Mayoritas cerita yg berkualitas, pintar dan tidak mudah ketebak sudah migrasi ke TV. Ya, saya juga engga percaya dan pertamanya tidak mau percaya. Tetapi itu sudah terjadi. Yup, suka atau tidak ini sudah menjadi kenyataan. “Tapi kemarin film-film yg menang di Oscar berkualitas semua!” Ya, tetapi film-film itu memang di desain untuk award season. Hollywood mempunyai tradisi di mana setiap studio pasti akan membuat film-film berkualitas yg fokus ke cerita yg matang dan karakter yg kompleks untuk Oscar tetapi fokus utama bisnis mereka sekarang adalah membuat film-film blockbuster yg penuh dengan CGI dan action demi meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Tentunya tidak semua film-film budget besar berkualitas buruk, ada juga film-film yg di dominasi CGI mempunyai visi unik dan beda tetapi rasionya sangat rendah sekali. Untungnya, serial TV lebih bersedia untuk meng- explore cerita-cerita yg lebih berani dan berkualitas karena mereka tidak mempunyai budget 100 juta+ dollar sehingga mereka tidak mempunyai tekanan untuk mendapatkan untung sebanyak-banyaknya seperti film-film big budget. Kita sedang berada di era keemasan serial TV selama 15 tahun terakhir di mana acara-acara seperti ‘The Sopranos’, ‘Six Feet Under’, ‘The Shield’, ‘Mad Men’, ‘The Wire’, ‘Battlestar Galactica’, ‘The Walking Dead’, ‘Game of Thrones’, ‘Breaking Bad’, ‘Girls’, ‘Homeland’ dan masih banyak lagi mendominasi serial TV dan pop culture dengan cerita-cerita yg baru, berani dan segar sehingga menjadi sukses dan mendapat pujian dari penonton dan kritikus. Di Amerika, diskusi serial TV lebih hangat dan personal karena serial TV punya banyak waktu untuk develop karakter dan cerita yg inovatif, unik dan beda sehingga penonton lebih mempunyai investment emosional yg lebih tinggi di bandingkan mayoritas film-film Hollywood mainstream yg tidak meninggalkan kesan berarti. Hubungan antara Televisi dan film memang cukup unik dan kompleks. Ketika Televisi pertama muncul di tahun 50’an, industri perfilman merasa terancam karena mereka takut penonton tidak keluar rumah sehingga dunia perfilman melakukan gebrakan teknis seperti menciptakan 3D sinema, membuat film-film epik yg menggunakan  lensa kamera anarmorphic 70mm dan mempromosikan bintang-bintang Hollywood dengan heboh untuk memberi kesan glamor. Strategi itu berhasil dan semenjak itu Televisi di anggap seperti saudara tiri film di mana perjalanan seorang aktor/penulis/sutradara di mulai dari TV dan ‘naik kelas’ ke film di anggap normal tetapi jika seorang bintang film/penulis/sutradara balik ke TV dari film, karir mereka di anggap gagal. Ketika era film-film CGI mulai beranjak di pertengahan 90’an dan mulai mendominasi market di tahun 2000’an sampai sekarang, banyak kualitas cerita-cerita yg lebih unik dan berani menjadi tersingkirkan di perfilman tetapi mendapatkan rumah di TV atau lebih spesifik lagi chanel cable seperti HBO di mana mereka lebih mementingkan kualitas cerita daripada hype, bintang-bintang Hollywood yg glamor dan sensasi spesial FX/CGI. Untungnya lagi, mayoritas pembuat acara serial TV biasanya mempunyai latar belakang penulis di mana mereka lebih peka dengan kualitas penulisan cerita sehingga serial TV mempunyai kultur di mana penulis-penulis sangat di hargai. Kebanyakan pembuat acara/penulis sudah kenyang membuat acara-acara komersil dan tidak berbobot di chanel TV free to air (CBS, NBC) sehingga ketika mereka melontarkan ide-ide idealis mereka ke HBO dan di terima, era keemasan serial TV sudah di mulai. Mereka mempunyai ide dan visi yg berani dan pintar di mana mereka membuat acara yg di fokuskan untuk pasar/segmen yg terbatas dari pada membuat serial yg musti semua orang suka sementara pemikiran produser film-film blockbuster Hollywood justru kebalikan. Mereka membuat film untuk semua orang/pasar karena mentalitas blockbuster memang seperti itu. Ketika serial seperti ‘The Sopranos’ menjadi hit dari mulut-ke mulut dan akhirnya menjadi fenomena, strategi ini menjadi sebuah contoh untuk serial-serial yg lain di mana penonton sebenarnya suka dengan cerita yg panjang dan tema berat. Penonton suka dengan karaker-karakter yg kompleks dan humanis karena terasa lebih nyata dan yg lebih penting penonton tidak merasa di rendahkan dengan cerita-cerita yg klise dan aman. Mereka suka di bawa ke dunia yg tidak familiar dan cerita yg tidak mudah ketebak. Sekarang aktor-aktor Hollywood kelas atas atau yg dulu ngetop berbondong-bondong ingin bekerja di serial TV berkualitas, memang tidak semua berhasil tetapi ini menunjukan inidikasi bahwa kualitas cerita serial TV sudah menyaingi bahkan melebihi banyak film-film Hollywood sekarang ini. Jadi jika anda sudah banyak kecewa dengan mayoritas kualitas cerita film-film Hollywood yg gitu-gitu aja atau sudah lelah dengan film-film CGI/super hero coba cek serial-serial TV yg unik dan berani. Definetly worth it. tintascreenplay.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun