Mohon tunggu...
Joe Gievano
Joe Gievano Mohon Tunggu... -

sutradara dan penulis. tintascreenplay.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Butch Cassidy and The Sundance Kid: Meruntuhkan Mitos Film Koboi

16 November 2013   15:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:05 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="Butch Cassidy and the Sundance Kid (1969)"][/caption] Film koboi adalah bagian dari budaya Amerika yg original seperti baseball, apple pie dan Coca-Cola. Figur seperti John Wayne, Garry Cooper dan William Holden telah menjadi bagian sejarah yg monumental di perfilman/budaya Amerika. Kecintaan rakyat Amerika dengan film koboi itu sendiri  terjadi karena rakyat Amerika sudah jatuh cinta dengan mitos sejarah koboi; Mengexplorasi  bagian barat Amerika yg megah, luas dan misterius. Membangun jalur rel kereta untuk menghubungkan bagian timur dan barat. Expansi ke tanah-tanah yg belum terjamah dan berpotensi menyimpan emas atau minyak.

Mitos koboi sangat gampang di sukai karena basisnya sangat simpel. Dunia selalu hitam dan putih, garis yg jahat dan baik selalu jelas. Orang yg baik selalu di gambarkan sebagai figur yg sederhana dan mulia setiap saat (Wyatt Earp), orang yg jahat selalu di besar-besarkan sebagai bagian dari sejarah wild west yg penuh sensasi (Billy the Kid, Jesse James, suku Indian).Film koboi adalah ‘comfort food’ nya orang Amerika di mana mereka tahu di akhir cerita the good guys always win dan kebenaran akan selalu datang.

‘Butch Cassidy and the Sundance Kid’ di buat ketika Amerika Serikat sedang mengalami perubahan sosial yg signifikan di akhir 1960’an. Kontroversi perang Vietnam telah merambas ke segala aspek kehidupan orang Amerika. Protes perang semakin hari menjadi semakin besar, perbedaan generasi antara yg muda dan tua juga membuat ikatan hubungan mereka merenggang karena yg muda mengecam perang sementara yg tua patuh kepada kebijakan pemerintah.

Sementara di  industri film, juga ada ‘youth movement’ dari penulis screenplay/sutradara/produser yg  ingin membuat karya-karya yg baru. Sengaja atau tidak, penulis screenplay William Goldman menulis ‘Butch Cassidy and the Sundance Kid’ dengan spirit yg memberontak atau ‘counter revolutionary’ sehingga membuat cerita koboi yg sangat beda dari film-film koboi sebelumnya dan hasilnya merubah genre film koboi untuk selama-lamanya.

‘Butch Cassidy and the Sundance Kid’ adalah cerita tentang dua perampok kereta api (dari kisah nyata) yg sudah terlalu sering merampok kereta api. Sudah muak, perusahaan kereta api akhirnya menyewakan tim bounty hunter terbaik yg disebut sebagai ‘Super Posse’. Butch (Paul Newman) dan Sundance (Robert Redford), mencoba segala cara untuk kabur dari kejaran ‘Super posse’ tetapi semua upaya mereka gagal. ‘Super posse’ semakin mendekat dan hampir menangkap mereka. Putus asa, mereka berdua bersepakat untuk kabur dulu ke Bolivia untuk menghilang dan juga mengajak pacar Sundance, Etta Place (Ross). Mereka ingin hidup ‘lurus’ di Bolivia tetapi karena suatu kejadian, niat baik merekai gagal dan akhirnya kembali menjadi perampok di Bolivia.

Yg paling menonjol dari ‘Butch Cassidy and the Sundance Kid’ adalah tik-tokan hubungan selera humor yg cerdas dan hangat antara Butch dan Sundance sehingga film ini di nobatkan sebagai film pertama yg melahirkan konsep ‘buddy film’. Film-film modern seperti ‘Lethal Weapon’, ‘Thelma & Louise’ dan bahkan ‘The Avengers’ tidak akan ada tanpa ‘Butch Cassidy and the Sundance Kid’ yg selalu menaruh fokus lebih besar ke hubungan antara dua sahabat yg selalu mengejek satu sama lain melalui barteran humor yg sarkastis. Film-film koboi yg penuh humor memang sudah ada sebelum ‘Butch Cassidy and the Sundance Kid’ tetapi fokus mereka lebih ke humor slapstick atau menggunakan aktor-aktor komedi seperti Bob Hope atau Don Knotts. Bukan aktor-aktor yg cool dan karismatik seperti Newman dan Redford.

Di satu scene yg klasik, Butch dan Sundance merampok kereta api. Di salah satu gerbong kereta api ada sebuah berangkas yg ingin mereka buka. Butch menggunakan kebanyakan dinamit sehingga malah meledakan satu gerbong kereta api, menghancurkan uang di dalam berangkas dan hampir membunuh mereka berdua. Di antara asap yg tebal dan hujan uang yg terbakar, Sundance dengan cool-nya berkomen, “Think you used enough dynamite there, Butch?”

Film ini juga merubah mitos bahwa penonton hanya suka dengan film yg musti mempunyai karakter-karakter utama yg selalu memperankan good guys saja. Karakter-karakter seperti Butch dan Cassidy secara tradisional bukan ‘good guys’ karena mereka perampok tetapi karena kelihaian penulis William Goldman dalam membangun hubungan Butch dan Sundance yg lucu dan hangat di sertai oleh akting Newman dan Redford yg membuat karakter mereka menjadi tiga dimensi berhasil memukau penonton untuk peduli dengan perjalanan mereka dan mau mereka selamat. Bahkan di aturan film koboi yg paling sakral bahwa karakter utama tidak pernah lari dari pertempuran, Butch dan Sundance melanggar peraturan ini karena mereka lebih peduli dengan keselamatan mereka dari pada menjadi sosok macho seperti John Wayne. Tetapi Penonton justru lebih menyukai sikap karakter mereka karena jatuhnya lebih humanis dan realistis.

Influence dari French new wave cinema di saat itu yg suka mencabik-cabik peraturan tradisi perfilman juga semakin terasa di “Butch Cassidy and the Sundance Kid’ ketika di scene klasik, Butch sedang bersepeda dan bercanda dengan Etta di iringi oleh lagu pop kontemporer ‘Rain drops keep falling on my head’ ciptaan Burt Bacharach. Sebelum itu, film koboi tidak pernah menampilkan musik-musik lain selain music scoring yg serius tetapi efek lagu Bacharach yg pop itu justru tidak merusak film, malah anehnya lebih cocok karena pas dengan visi film yg tidak mau mengikuti aturan-aturan yg sudah ada.

Secara garis besar ‘Butch Cassidy and the Sundance Kid’ melambangkan pergeseran generasi baru antara sistem studio Hollywood yg kuno dengan pemikiran-pemikiran generasi baru di akhir 60’an. Semenjak itu, romantisme film koboi di jaman John Wayne akan pudar dan di ganti oleh visi film koboi yg lebih realistis dan lebih suram. Walaupun ‘Butch Cassidy and the Sundance kid’ tidak sesuram film revisionist Clint Eastwood ‘The Unforgiven’ atau tidak se-old school film John Wayne ‘Rio Bravo’, tetapi menjadi simbol jembatan tansisi di antara dua kubu. It’s not such a bad place to be.

tintascreenplay.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun