Mohon tunggu...
Iin T Wahyuni
Iin T Wahyuni Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, suka menulis dan membaca

Lahir di Mojokerto, ibu dari 4 orang anak. Pegiat Pendidikan Anak Usia Dini dan Terapis Menulis untuk Bahagia Domisili di Vila Gunung Buring Cemorokandang Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Keluarga Sunyi

3 April 2020   09:03 Diperbarui: 3 April 2020   09:06 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang wanita paruh baya melangkah tertatih melewati ruang tengah yang lampunya masih menyala . Dilihatnya buah hatinya yang baru pulang kerja bertelekan di kursi kayu panjang, asyik memainkan hapenya. 

Dalam tarikan nafasnya yang berat karena serangan asma, sebenarnya ia ingin menyapa anak muda itu. Tapi tak sepatah katapun keluar. Ibu itu telah berada persis di hadapan anaknya. Tak sesenti pun sang anak mengangkat dagunya. Wajahnya tertunduk fokus pada layar hape. Ibu tua itu meneruskan langkahnya dalam sunyi.

Ibu itu telah selesai menyiapkan sarapan pagi untuk keluarganya. Sayangnya suaminya pergi dengan terburu-buru. Bahkan tidak sempat memberinya kesempatan untuk mencium tangannya. 

Dilihatnya anak lelaki dan perempuannya sudah berkemas-kemas, siap berangkat kerja. Dipanggilnya mereka satu persatu. Tak ada yang menjawab. 

Padahal Iya tahu Mereka ada di kamar masing-masing dan pintunya pun terbuka lebar. Diulanginya panggilan itu hingga 2 kali disertai penjelasan bahwa hari sudah beranjak siang dan makan pagi sudah tersedia sejak tadi. Tidak ada respon sama sekali.

Ibu tua itupun terseok-seok mendatangi kamar anaknya satu persatu. Diketuknya pintu itu dengan mata berkaca-kaca. Ia sudah tidak sanggup bersuara lagi. Ternyata anak perempuannya sibuk berdandan. 

Gadis itu melihat kehadiran ibunya dari kaca tapi tak sedikit pun menoleh. Ia hanya memberi isyarat lambaian tangan sambil berkata 'sebentar!'. Saat menyisir rambutnya, ibu itu pun melihat anak gadisnya melepaskan headset dari kepalanya. Pantas saja dari tadi ia tidak menggubris panggilan ibunya.

Ibu tua berpindah ke kamar anak lelakinya dan kembali mengetuk pintu. Dilihatnya pemuda itu sibuk menelepon. Si pemuda hanya menoleh sebentar, lalu melanjutkan kembali pembicaraannya di telepon. 

Dengan sabar ibu tua menunggu hingga anaknya menyelesaikan pekerjaannya. Akhirnya anak lelakinya berdiri dan melangkah keluar kamar dengan melewatinya begitu saja. Ibu tua mengelus dada ketika tidak mendapatkan seulas senyum sapa yang didambakannya.

Ia mengikuti langkah anaknya sambil menyampaikan bahwa hari ini ia ingin diantar ke dokter. Bukannya mampir ke meja makan, tapi si anak langsung beranjak keluar menuju motornya. Ibu tua menyusulnya dengan kebingungan hingga ke pintu depan. 

Tak disangka sang anak hanya mengucapkan sebaris kalimat: 'ibu pesan gojek saja'. Belum sempat ibu tua menjawab, anak perempuannya berkelebat dari dalam lalu menyusul saudaranya untuk dibonceng. Mereka pergi begitu saja tanpa pamit ataupun menyalami tangannya. Meninggalkan meja makan yang kesepian. Pun hatinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun