Mohon tunggu...
Artikel Mahasiswa
Artikel Mahasiswa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jurnalis

Menulis apa yang ingin anda lihat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Media Sosial Sudah Relevan Sebagai Sumber Informasi Dibandingkan Media Elektronik?

14 Desember 2023   10:56 Diperbarui: 14 Desember 2023   13:52 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital , perubahan perilaku pencarian informasi masyarakat semakin meningkat. Media elektronik yang dulunya merupakan sumber informasi utama, kini mulai digantikan media sosial. Meski perkembangan teknologi memungkinkan akses cepat dan mudah, sayangnya keandalan informasi di jejaring sosial kerap dipertanyakan. Akibatnya, masyarakat awam cenderung menelan informasi yang tidak terbukti kebenarannya. Media elektronik, seperti televisi, radio, dan surat kabar, sekaligus dianggap sebagai sumber informasi. Namun seiring berkembangnya teknologi, media sosial menjadi pesaing yang kuat. Kecepatan tampilan informasi dan interaksi antar pengguna menjadi daya tarik tersendiri. Sayangnya, popularitas media sosial juga berdampak negatif terhadap keakuratan informasi.

Salah satu permasalahan yang dihadapi media sosial adalah iklan palsu atau hoaks. Konten yang tidak dimoderasi dengan baik dapat dengan cepat menyebar dan menjadi viral. Masyarakat awam seringkali tidak memiliki keterampilan atau waktu untuk memverifikasi kebenaran informasi yang mereka terima. Dalam situasi ini, informasi palsu dapat dengan cepat menjadi kenyataan bagi banyak orang. Mempromosikan budaya digital di masyarakat menjadi semakin mendesak. Penekanannya akan ditempatkan pada pembelajaran bagaimana mengidentifikasi sumber informasi, mengevaluasi keakuratan informasi dan memahami konsep fakta dan opini. Selain itu, media elektronik akan kembali mendapatkan posisinya dalam memberikan informasi yang terverifikasi dan mendalam.

Di zaman dengan pemerintahan demokrasi ini tentunya semua orang memiliki tempat untuk menyebarluaskan berita dan informasi kepada khalayak ramai, ditambah dengan kemudahan dalam mengakses media banyak oknum yang tidak memiliki tanggung jawab memberikan berita palsu atau hoaks dan tidak sedikit pula masyarakat awam menerima informasi tersebut tanpa tau kebenarannya.

Apakah dengan kebebasan ini dapat memberikan kenyamanan untuk para masyarakat?, jelas iya namun apakah kebebasan ini di gunakan secara baik dan bijak oleh beberapa oknum nakal yang tidak peduli dengan dampak buruk yang terjadi dengan menyebar luaskan informasi palsu tersebut? Tentu tidak. Maka hal ini lah yang harus dibenahi, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut lah yang harus di selesaikan agar tidak ada lagi masyarakat yang buta akan informasi fakta dan aktual.

Beralihnya perhatian masyarakat dari media elektronik ke media sosial menunjukkan bahwa mereka mengabaikan keragaman informasi yang bisa diperoleh dari sumber-sumber tradisional. Media elektronik masih berperan penting sebagai penyaring informasi, menampilkan konten yang telah melalui proses verifikasi dan penyuntingan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk berpikir dua kali mengenai kredibilitas sumber berita sebelum mengonsumsi atau membagikan informasi. Dalam melakukan perubahan ini, peran media, pemerintah, dan lembaga pendidikan sangatlah penting. Media elektronik dapat meningkatkan kualitas kontennya dan berpartisipasi aktif dalam literasi digital . Pemerintah harus mengupayakan undang-undang untuk memastikan bahwa informasi yang diberikan di media sosial memenuhi standar kebenaran. Institusi akademis juga mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang informasi penelitian kepada generasi mendatang. Seiring dengan pesatnya perkembangan media, masyarakat akan semakin sadar akan pentingnya kritik dalam konsumsi informasi. Meninjau peran media elektroniksebagai sumber informasi yang diterima merupakan langkah awal untuk memastikan masyarakat dapat membedakan fakta dan opini serta menghindari konsumsi informasi yang tidak benar.

Penulis : Tomi Afrianto
Mahasiswa S1 Jurnalistik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bengkulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun