Mohon tunggu...
Tinta Digital
Tinta Digital Mohon Tunggu... Administrasi - Akun ini saat ini bersifat pribadi dan dimiliki oleh satu orang

Tinta Digital adalah karya asli Kelas Cyber Journalism Mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2015 FISIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin . Semoga menjadi inspirasi buat pembaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masjid Jami Sebuah Sejarah di Kota Banjarmasin

7 Januari 2019   22:26 Diperbarui: 7 Januari 2019   23:02 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan depan Masjid Jami Banjarmasin | dokpri

Salah satu cara untuk dapat mengenal sejarah adalah dengan melihat bangunan tua yang tertinggal di sebuah kota. Banjarmasin sebagai kota tua memiliki banyak bangunan tua, diantaranya adalah tempat ibadah. Selain mayoritas masyarakatnya beragama islam, Kalimantan Selatan juga dikenal memiliki tempat ibadah yang bersejarah dan juga artistic. Satu diantaranya adalah Masjid Jami Banjarmasin.

Masjid Jami Banjarmasin sendiri merupakan salah satu masjid tertua yang ada di kota Banjarmasin. Mesjid ini memiliki arsitektur yang sangat khas yakni begaya Banjar dan kolonial (indish) yang dibuat dengan bahan dasar kayu ulin. Pada awalnya dibangun pada Sabtu 17 syawal 1195 Hijriyah atau 1777 Masehi di tepi sungai Martapura pada masa Sulttan Tamjidillah,

Namun pada Minggu 16 Dzulhijah 1352 Hijriyah atau 1934 Masehi dilakukan pembangunan lagi yang dimana menggantikan Masjid sebelumnya yang terkena longsor. Seluruh konstruksi bangunan masjid ini didominasi oleh kayu besi atau kayu ulin.
Dinamakan Masjid Jami atas inisiatif warga untuk membentuk sebuah masjid besar dari yang awalnya hanya masjid-masjid berskala kecil di Kota Banjarmasin.

"Makanya namanya Masjid Jami yang berarti mengumpulkan masjid-masjid berskala kecil". Dengan semangat gotong royong warga Kota Banjarmasin pada kala itu, Masjid Jami akhirnya didirikan hasil keringat dan tangan warga-warga Kota Banjarmasin secara gotong-royong. Pada saat itu masyarakat banyak yang merelakan hartanya hanya semata untuk pembangunan masjid. Barang-barang yang dimaksud adalah hasil-hasil dari pertanian, emas, atau uang.

Tampilan dalam Masjid Jami Banjarmasin | dokpri
Tampilan dalam Masjid Jami Banjarmasin | dokpri
Setelah masuk dalam bangunan masjid, corak-corak arsitektur khas Joglo dari Jawa akan kita temukan. Nilai historis akan terasa karena masjid ini hanya direnovasi sedikit-sedikit saja tanpa mengurangi keaslian gaya bangunan masjid. Misalnya, kayu ulin dipertahankan sebagai bahan bangunan masjid.

Ini menjadi bukti bahwa Masjid Jami masih menjaga rasa otentikannya. Sampai sekarang masjid ini berkembang begitu pesatnya. Berbagai kegiatan peribadatan selalu ramai berjejal diisi oleh jemaah dari berbagai kalangan.  Apalagi jika ada pengajian Guru Zuhdianoor, membeludak sampai keluar masjid. Masjid ini memiliki daya tampung 3.000 manusia. (Rahmat Fadhilah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun