"Jangan nilai seseorang dari apa yang terlihat, namun nilai lah setelah kamu akrab dengannya" itulah pesan yang disampaikan Nagawati Limantara melalui salah satu karyanya. Berbagai penolakan dari pihak penerbit tetap tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap berkarya. Karena bagi remaja berusia 18 tahun ini, menulis bukan hanya sekedar hobi, namun merupakan passion.
Nagawati Limantara atau yang kerap disapa Naga merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Nagawati lahir di Banjarmasin pada 3 Maret 18 tahun silam. Ia mengenyam pendidikan dasar hingga tingginya di kota yang terkenal dengan julukan kota seribu sungai ini. Kegemaran Naga dalam menulis telah dimulai sejak ia masih berumur belia.
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ini mulai menyukai dunia menulis dan sastra sejak menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama. Kegemarannya pada bidang tulis menulis ini tak lepas dari pengaruh orang tuanya yang juga suka membaca.
Karya pertamanya awalnya hanya berupa tulisan abstrak. Tulisan abstrak ini dapat bercerita tentang berbagai topik. Karya tulis ini seringkali dibuat saat Naga tengah suntuk dan jenuh mengerjakan soal ujian. Ia akan iseng menulis puisi atau karya tulis abstrak. Karena menurut Nagawati inspirasi itu bisa datang dari mana saja dan kapan saja.
Saat itu sempat terpikir oleh Nagawati untuk membukukan kumpulan cerpen dan puisinya. Namun ia ragu apakah akan ada penerbit yang melirik dan mau menerbitkannya. Keraguan tersebut membuat Nagawati mengurungkan niat untuk mengirimkan tulisannya kepada penulis.
Memasuki jenjang SMA, kegemaran Nagawati dalam menulis semakin tersalurkan. Nagawati sendiri bersekolah di SMA Kana'an Banjarmasin. Pada masa SMA inilah ia lebih aktif menghasilkan cerpen dan puisi. Ini karena minat dan bakatnya di dukung oleh beberapa guru di sekolah tersebut. Para guru tersebut memiliki kesukaan yang sama seperti Nagawati. Mereka melihat potensi dalam diri Nagawati untuk menjadi seorang penulis.
Atas usul gurunya, Nagawati pun mengirimkan draft tulisannya ke penerbit. Namun jalan menuju kesuksesan tentu tak selalu mudah. Draftnya ditolak. Mulai penerbit mayor, hingga indie. Ia merasa tulisannya tak dianggap dan dihargai. Kekecewaan sudah pasti dirasakan gadis penyuka karya Soe Hok Gie ini. Tapi apakah ia menyerah?
Jawabannya tidak. Ia kembali mencoba menghubungi penerbit. Ditolak. Coba lagi. Kirim draft lagi. Hasilnya tetap nihil, kali ini tidak ada jawaban dari penerbit. Draft tulisannya digantung begitu saja tanpa ada kejelasan. Namun Nagawati tetap tak menyerah, ia mengirimkan kembali draftnya ke salah satu penerbit Indie yang ia temukan di Facebook.
Akhirnya pada tahun 2017 kedua buku karya Nagawati berhasil diterbitkan. Kedua buku tersebut diterbitkan oleh penerbit Indie dan kini telah laku sebanyak lebih dari 100 eksemplar.
Buku pertama diterbitkan oleh Kaifah Publishing dan  merupakan sebuah Novel berjudul "Tomboy Girl VS. Girly Boy" yang mengisahkan tentang seorang gadis berpenampilan tomboy yang merasa tersaingi secara akademis dengan kehadiran seorang siswa baru yang memiliki tampilan kemayu.