Laki-laki dengan badan tinggi ini biasanya dipanggil Ridho. Nama lengkapnya Muhammad Ridho Illahi. Lahir di Banjarmasin pada tanggal 25 November 1995. Sekilas, tampak tidak ada yang berbeda dari dirinya dibandingkan dengan manusia lain. Â Berbahagialah kita sebagai manusia yang diberi kesempurnaan hidup oleh Tuhan. Ridho, ia tuli sejak lahir.
Tahun 2015 setelah dinyatakan lulus SMALB dan mendapatkan ijazah, Ridho ingin kuliah dan orang tuanya mengizinkan. Menempuh perjalanan sekitar 10 km ke Banjarbaru, ia sampai di Universitas Lambung Mangkurat kampus Banjarbaru, tepatnya di Fakultas Kedokteran. Dengan terbata dan menggunakan bahasa isyarat, disana Ridho berusaha menyampaikan keinginannya untuk berkuliah. Namun balasan yang  didapat hanya ungkapan, "Tidak bisa".
Ridho tidak menyerah. Kali ini diteruskannya perjalanan ke Universitas Lambung Mangkurat kampus Banjarmasin, tepatnya di Rektorat. Hasil yang ia dapat sama, manusia dengan kebutuhan khusus seperti dirinya belum bisa menempuh pendidikan di kampus ini.
Setahun berlalu, mimpinya masih sama untuk bisa menempuh pendidikan tinggi di kampus ini. Datang kembali ke Rektorat dengan membawa pertanyaan yang sama. Kali ini jawaban yang diterimanya adalah ia diarahkan untuk datang ke Program Studi Pendidikan Khusus yang ada di lingkungan FKIP Universitas Lambung Mangkurat. Sayangnya, belum ada hasil yang membahagiakan yang ia terima saat itu.
Berbekal penelusuran di internet dan informasi dari sekolah tempat dimana ia lulus tahun 2015 lalu yaitu SMALB Negeri Pembina Provinsi Kalsel, tahun 2017 Ridho mengetahui bahwa pada tahun ini Universitas Lambung Mangkurat menerima mahasiswa berkebutuhan khusus.Â
Bersama lima orang temannya dari Teman Tuli yang diajaknya untuk mendaftar kuliah, tahap demi tahap tes jalur Mandiri ia lalui sampai akhirnya diterima di program studi yang ia inginkan, yaitu Pendidikan Khusus.
Perjuangan Ridho dimulai, diawal perkuliahan ia memang mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan pembelajaran yang baru. Tidak seperti di SMA, ia memiliki teman-teman dengan kondisi yang sama seperti dirinya. Dimana guru dapat memberikan metode pembelajaran sesuai dengan kondisinya.
Di perkuliahan, Ridho sempat dibantu volunteer dari Pusat Layanan Disabilitas Universitas Lambung Mangkurat sebagai penerjemah. Selebihnya ia lebih banyak membaca untuk dapat memahami materi pembelajaran yang dosen berikan. Di kampus sendiri, Ridho tidak hanya sekedar mengikuti pembelajaran formal di kelas. Ridho juga dikenal aktif di berbagai organisasi salah satunya Himpunan Mahasiswa Pendidikan Khusus FKIP Universitas Lambung Mangkurat.
Untuk matakuliah yang ia suka, tentunya adalah Pendidikan Tuna Rungu. Dimana ia akan belajar mengenai hal khusus yang  dimilikinya. Di matakuliah ini, Ridho juga belajar banyak tentang Bahasa Isyarat. Hal itu yang memudahkan ia berinteraksi dengan teman-teman kuliah karena mereka sedang bersama-sama mempelajarinya.Â