Mohon tunggu...
Tino Watowuan
Tino Watowuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - MDW

Orang kampung; lahir, tinggal, dan betah di kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Upaya Merawat Ibu Bumi Melalui Praktik Pertanian Selaras Alam

1 Januari 2024   21:20 Diperbarui: 1 Januari 2024   21:27 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perubahan iklim adalah ancaman serius di depan mata yang dihadapi bumi dan segala kehidupan di dalamnya. Mesti ada upaya merawat ibu bumi. Salah satunya melalui praktik pengembangan pertanian selaras alam.

Hal ini menjadi bahasan sejumlah anak muda Desa Pajinian dan Desa Riangpadu, juga beberapa petani dalam program Sekolah Agro Sorgum Flores, di Waiotan, Desa Pajinian, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, NTT.

Kegiatan bertajuk "Praktik Pertanian Cerdas Iklim Selaras Alam dan Ekologis untuk Ketahanan Pangan Komunitas" itu digelar pada Senin, 11 Desember 2023.

Pimpinan Yayasan Agro Sorgum Flores (Yasores), Maria Loretha mengatakan di tengah iklim dan situasi alam yang terus berubah, curah hujan yang tinggi, kemarau berkepanjangan, sistem pertanian juga harus berubah.

"Sistem pertanian kita harus kembali seperti nenek moyang kita. Harus menerapkan cara seminimal mungkin menggunakan sistem pertanian yang rendah suport dari luar, dan ramah lingkungan," kata dia.

"Misalnya, tidak menggunakan pupuk kimia, tetapi membuat pupuk sendiri. Jerami tidak dibakar, tetapi dengan cara selaras alam yaitu dibenamkan ke tanah."

"Batang jagung, atau sorgum kita bentangkan. Dalam tempo sebulan sudah lapuk. Ini untuk memperbaiki ekosistem, dan mengembalikan hak tanah yang telah menumbuhkan tanaman," tandasnya.

Lebih lanjut, Maria Loretha mengatakan Sekolah Agro Sorgum Flores ini dibuka untuk anak muda dan para petani dengan berbagai macam kegiatan. Tidak melulu tentang tanam-menanam.

Foto:Dokpri
Foto:Dokpri
"Sekolah ini tidak membatasi usia dan tingkat pendidikan, semua bisa bergabung. Seperti apa kelanjutanya, kita mengalir seperti air sungai," imbuh dia.

"Kita juga ingin terus memperkenalkan sorgum kepada masyarakat, khususnya bagi kaum muda. Supaya lebih mencintai pangan lokal, dan bangga dengan apa yang ada di kampung. Makan apa yang tumbuh di kampung kita," ungkap Maria Loretha.

Sementara Pater Aloysius Wuring Lagamaking, SVD, yang hadir sebagai narasumber, dalam pemaparannya mula-mula merujuk kitab Kejadian 1:2-31 dan 2:17-19, dan ensiklik Paus Fransiskus yang dikeluarkan tahun 2015 tentang lingkungan yang berjudul "Ladato Si."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun