Menit yang tak pernah usai. Seperti senyummu tetiba biru.
Perempatan kota kala itu.
Tepat saat jantung mu degup namaku.Â
Ah, apa sebaliknya?!
Langit puasakan seluruh jemu. Bunga mekar bermula dari senyummu.
Menit yang tak pernah usai. Saat seluruh kamu menjadi aku.
Ah, atau sebaliknya?!
Samudera tak sedalam tatapanmu. Riuh gelombang di dadaku, menyeru, kamu angka keberuntungan ku.
Menit yang tak pernah usai. Kutitip kenangan semu di jantung waktu.
Suatu saat ingin kukembali tanpa rasa sedih lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H