"I design like I breathe. You don't ask to breathe. It just happens."
Karl Lagerfeld, salah satu orang paling berpengaruh dan tersohor dalam dunia fashion abad 20 dan 21, tutup usia di umur 85 tahun pada hari Selasa lalu. Karl telah menggeluti bidang fashion selama lebih dari 60 tahun. Dimulai dari menjadi asisten Pierre Balmain di tahun 1955 hingga akhirnya bergabung dengan Fendi dan Chanel. Jika Karl tidak bergabung dengan Chanel di tahun 1983, mungkin logo Chanel yang paling terkenal tidak akan dipakai di semua tas Chanel atau trend busana tweed mungkin tidak akan terjadi. Sama halnya dengan Fendi, jika Karl tidak bergabung menjadi salah satu desainer kreatif (selama 65 tahun!), maka logo Double F Fendi tidak akan menghiasi berbagai produk Fendi.Â
Karl telah membuktikan bahwa ia tetap menjadi salah satu legenda dan orang penting di dunia fashion dengan meninggalkan berbagai macam "warisan" bahkan setelah ia sudah tiada. Kira-kira "warisan" apa sih yang telah ditinggalkan oleh Karl? Yuk, simak dibawah ini!
Karl bergabung dengan Chanel di tahun 1983, kurang lebih 10 tahun setelah Coco Chanel meninggal dunia. Alain Wertheimer, pemilik Chanel kala itu, disebut-sebut mengambil keputusan paling brilian karena memutuskan untuk mempekerjakan Karl di Chanel. Karl tidak hanya menyelamatkan Chanel dari keterpurukan, tetapi juga menjadikan Chanel salah satu megabrand fesyen terbesar di dunia! Ia merancang ulang beberapa desain lama dari Coco Chanel dan menciptakan berbagai macam tren baru; tweed, little black dress, pink, gold, beige. Tidak hanya mendesain pakaian, Karl juga berhasil menciptakan Double C Logo yang terpampang jelas di beberapa tas Chanel, seperti Boy bag yang terinspirasi oleh cinta pertama Coco Chanel, Boy Capel.
Karl juga merancang ulang setelan Chanel, tweed, yang dibuat tahun 1925 dan memberikan sentuhan modern. Mustahil rasanya tidak membahas tweed saat berbicara tentang Karl. Karl berhasil membuat tweed salah satu trademark-nya. Ia juga menggabungkan tweed ke desain topi, setelan, handbag, dan sepatu Chanel. Selain tweed, little black jacket juga menjadi karya penting bagi Karl. Ia berhasil membuat jaketnya menjadi pakaian paling esensial di lemari semua wanita. Setelah beberapa waktu, ia juga membuat sebuah buku yang isinya foto para selebriti memakai desain ikoniknya, little black jacket.Â
Jauh sebelum bergabung dengan Chanel, Karl telah lebih dulu bergabung dengan Fendi. Di tahun 1965, Karl memulai kolaborasinya dengan Fendi setelah the Fendi sisters ingin mengembangkan bisnis fur mereka. Saat itulah, Karl merasa Fendi butuh lebih dari itu. Fendi harus menjadi sebuah "brand", maka ia menggambarkan double F secara asal, namun sketsa asalnya malah menjadi logo Fendi paling ikonik. Logo Fendi tidak hanyalah sebuah logo, double F pada logo Fendi memiliki arti Fun Furs, menandakan bahwa Karl akan membawa tren bulu menjadi lebih kreatif dan menyenangkan. Karl juga meletakkan logo Fendi di beberapa produk, seperti tas, baju, bahkan stroller. Ia memang bertujuan untuk membuat logo Fendi seterkenal logo Gucci dan Louis Vuitton yang pada kala itu sedang naik daun.Â
Logo Fendi kemudian bertambah populer setelah salah satu karakter dari serial TV terkenal, Sex and The City, memakai koleksi tas Fendi. Setelah ditayangkan, lebih dari 1 juta unit tas habis terjual! Karl mengerti seberapa penting branding dan logo Fendi menjadi kunci kesuksesan Fendi sampai saat ini.Â
Selain menjadi creative director di dua merek fashion terbesar, Karl juga membangun bisnis fashion-nya sendiri dengan menggunakan namanya di tahun 1984. Mereknya menjual berbagai macam koleksi pakaian, tas, dan aksesoris dengan pilihan yang luas untuk perempuan, laki-laki, dan bahkan anak-anak. Di tahun 2005, ia kemudian menjual brand miliknya ke Tommy Hilfiger. Namun, ia tetap menjadi creative director dan terjun langsung dalam proses mendesain.Â