Mohon tunggu...
Tini Siniati Koesno
Tini Siniati Koesno Mohon Tunggu... Human Resources - fokus kepada Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Inovasi dan Standar Instrumen Pertanian

bekerja di Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Sehat Pilihan

Bahan Pangan Pokok Kaya Zinc untuk Lahirkan Sumber Daya Manusia Indonesia Berkualitas

26 April 2022   13:00 Diperbarui: 27 April 2022   12:06 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Pangan Pokok Sumber Karbohidrat Kaya Nutri Zinc

Dalam cuplikan buku Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban tulisan Made Oka Adnyana pada tahun 2006, bahwa sekitar 55 persen kalori masyarakat Indonesia, berasal dari beras.   Hal ini wajar karena makanan pokok masyarakat adalah beras sebagai sumber pangan karbohidrat.   Pangan memiliki implikasi yang luas terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik nasional.   Mengingat Perannya yang cukup strategis, maka kebijakan untuk meningkatkan produksi pangan dan kesejahteraan petani selalu menjadi agenda penting di Kementerian Pertanian.   Untuk keberlanjutan sistem pangan tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian terus berkreasi dalam menciptakan beragam inovasi untuk memenuhi kecukupan pangan.

Masih tingginya kebutuhan pangan beras tidak terlepas dari pola konsumsi pangan masyarakat masa lalu yaitu yang penting adalah "kenyang".   Konsekuensinya saat itu adalah harus menyiapkan beras sebagai pangan sumber karbohidrat dalam jumlah cukup untuk memenuhi kualitas "kenyang" tersebut.  Kementerian Pertanian sebagai lembaga pemerintah yang langsung bertanggung jawab terhadap penyediaan produksi bahan pangan beras yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.  Beragam upaya telah dilakukan, diantaranya mengkreasi beragam varietas unggul baru (VUB) padi dengan potensi produktivitas tinggi.  Sasaran produktivitas VUB padi yang dihasilkan  bisa mencapai tujuh hingga sembilan ton per hektar.  

Namun kini dengan berjalannya waktu, keterbukaan informasi hampir tanpa batas ruang dan waktu.  Menyebabkan pengetahuan masyarakat meningkat di segala bidang, tak terkecuali tentang asupan gizi.  Meningkatknya pengetahuan akan menggugah kesadaran masyarakat untuk memperbaiki pola konsumsi.  Tidak sekedar kecukupan bahan pangan secara kuantitas saja, namun lebih kepada kualitas menjadi penting untuk diperhatikan.  Mengkonsumsi bahan pangan berkualitas artinya bukan makan hanya sekedar kenyang saja.  Namun pangan tersebut harus kaya gizi, mengandung mineral esensial yang sangat dibutuhkan tubuh, seperti mineral Zinc. 

Zinc (Zn), merupakan salah satu mineral penting yang diperlukan tubuh.  Namun tidak bisa diproduksi oleh tubuh, hanya diperoleh melalui makanan.  Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, M.S., dari Departemen Gizi Masyarakat--FEMA--IPB, pada seminar Propaktani, Rabu, 27 Oktober 2021.  Beliau mengatakan bahwa secara holistik tubuh manusia mengandung Zinc sekitar 1,5 hingga 3 gram.  Tersebar di seluruh organ, jaringan dan cairan tubuh, utamanya di hati, ginjal, otot, kulit dan tulang.  Melihat peranan zinc di dalam organ vital tubuh, menyebabkan peranan zinc sangat penting. 

Lebih lanjut dikatakan bahwa kebutuhan Zinc dalam tubuh memang sedikit, yaitu berkisar antara 10-13 miligram per hari untuk orang dewasa, dibandingkan dengan kebutuhan mineral lainnya.  Namun demikian dalam metabolisme tubuh manusia lebih dari 200 hingga 300 enzim membutuhkan mineral zinc sebagai katalisator, agar fungsi organ, jaringan dan cairan tubuh dapat berjalan dengan baik.  Oleh karena itu kekurangan zinc akan memicu gangguan pertumbuhan atau yang disebut dengan stunting.   Gangguan pertumbuhan  tersebut biasanya diikuti dengan penurunan kualitas kecerdasan seseorang, terutama apabila kekurangan Zinc pada seribu hari pertama dalam kehidupan manusia.  Apabila dibiarkan, akan lahirlah generasi penerus yang kurang tangguh sehingga kurang mampu berkompetisi.  Kondisi demikian merupakan kerugian besar bagi bangsa dan negara.

Guna mendapatkan makanan sumber Zn, banyak diperoleh dari Tiram (Oyster), Gandum (Wheat Germ), Daging Sapi (Beef), Hati Sapi (Liver), Biji Labu Kuning, Biji Wijen (Sesame Seeds), coklat, kepiting dan lobster.  Makanan tersebut tidak biasa tersedia setiap hari untuk bisa dikonsumsi.  Pastinya setiap hari masyarakat Indonesia kelas menengah ke atas hingga menengah kebawah, mengkonsumsi nasi.  Atas dasar tersebut, Untung Susanto, dkk., pemulia Badan Litbang, Kementerian Pertanian telah mengkreasi padi biofortifikasi yag diperkaya dengan Zinc.  Pada tahun 2019, dilepaslah padi tersebut dengan nama Inpari IR Nutri Zinc dengan SK Menteri Pertanian Nomor: 168/HK.540/C/01/2019.  Zn yang ada pada beras nutrizinc berkisar antara 29,54 s/d 34,51 ppm, bandingkan dengan Ciherang yang hanya mengandung zinc sekitar 24 ppm.

Berkaitan dengan penurunan signifikan angka stunting, sebelumnya telah dimuat pada tulisan pada November 2021.  Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian telah melakukan tanam dan panen perdana padi inpari Nutri Zinc di seluruh wilayah Indonesia.  Di tahun 2020, telah ditanam seluas 10.000 hektar.  Tahun 2021 diperluas menjadi 50.000 ha dan tersebar di 95 Kabupaten terutama kabupaten-kabupaten rawan pangan dan angka stantingnya tinggi.  Untuk Jawa Timur, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, telah menanam padi Nutrizync di sembilan kabupaten (Madiun, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto I dan II, Probolinggo, Jember dan Sampang).  Total luasan masing-masing kabupaten untuk produksi beras satu setengah hektar dan untuk perbenihan sekitar satu hektar.  Jadi total  tanaman padi Nutrzync terdapat sekitar 13,5 hektar dan perbenihan sekitar 9 hektar.  Jika rerata provitas 7 ton/ha, maka tersedia gabah sekitar 94,5 ton GKP.  Misal ditaksasi rendemen 50 % (umumnya 60 %), maka di Jatim sudah tersedia beras Nutrizyn sebanyak sekitar 47 ton.  Demikian halnya dengan benih, sudah tersedia di 9 kabupaten tersebut, bisa dikembangkan untuk kabupaten lain yang membutuhkan. 

Sebagian narasi dari artikel ini, sebenarnya sudah ada pada artikel sebelumnya, yaitu terbitan Kompasiana November 2021.   Keinginan Penulis melakukan hal ini adalah untuk memasifkan atau membumikan informasi adanya beras biofortifikasi Zinc, yang patut kembangkan dan dikonsumsi.      Agar Indonesia kedepan bebas stunting dan lahirkan generasi tangguh dan mampu berkompetisi di segala bidang di kancah dunia.....Semoga! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Sehat Selengkapnya
Lihat Indonesia Sehat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun