Lahan, iklim, sumberdaya manusia (SDM) dan inovasi, selalu bersinergi untuk menghasilkan pangan dan pakan. Â Contoh, Beras sebagai makanan pokok sumber karbohidrat, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, ketersediaannya tidak boleh berhenti walau dalam kondisi sesulit apapun, seperti saat ini, adanya pandemi Covid-19. Â
Hasil sinergi sumberdaya alam dan manusia tersebut, Jawa Timur di tahun 2018, mampu surplus beras 4,8 juta ton, untuk dipasok ke 15 provinsi seluruh indonesia (selindo). Â Prediksi di bulan April 2019, Jatim memperoleh produksi 2,6 juta ton beras, untuk kebutuhan konsumsi 1,1 juta ton, sehingga surplus 1,4 juta ton. Â
Demikian kata Hadi Sulistyo, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur dengan reporter Radio Suara Surabaya, Arya Wiraraja di bulan Januari 2019. Â Secara keseluruhan di tahun 2019, BPS mencatat terjadi penurunan produksi beras 6,10 % karena cuaca ekstrim kering hingga bulan November dan Desember. Â Walau demikian Jatim masih mencatat surplus pangan di tahun 2019.
Hasil Kerja keras dan banyaknya tantangan yang harus dihadapi Jatim dalam menggapai prestasi surplus tersebut. Â Seperti yang disampaikan bahwa hasil pertanian adalah merupakan hasil resultante Lahan, iklim, sumberdaya manusia (SDM) dan inovasi. Â Keterbatasan dan ketidak_seimbangan sumberdaya alam (lahan dan iklim) akan memberikan dampak pada hadirnya organisme pengganggu tanaman (OPT). Â
Kondisi ini dapat diatasi dan disiasati oleh sikap dan kepiawaian SDM petani pelaku utama/pelaku usaha untuk melakukan pengendalian. Â Tentu tidak bertindak sendiri, namun ada pengarah dan pengawalan yang terintegrasi dan komprehensif oleh petugas lapang dan secara berjenjang ke tingkat diatasnya. Â
Sering didengungkan melalui berbagai media, bahwa dalam penyediaan pangan, kegiatan pertanian tidak boleh berhenti dalam kondisi apapun. Â Seperti sekarang ini memasuki masa sulit dengan adanya pandemi Covid-19 yang ditakuti banyak orang yang hidup di muka bumi ini. Â Memang benar, kenyataannya demikian, setelah panen akhir Maret 2020, petani melanjutkan tanam padi kembali pada awal April 2020, untuk sesi tanam II hampir di seluruh bumi nusantara ini. Â
Termasuk sawah poktan Kasih Ibu, desa Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, melakukan tanam padi ke II. Â Lahan tersbut termasuk Wilayah Kerja BPP Guluk-Guluk yang di Komendani Ir. Suryadi, MMA. Â
Pada tanggal 18 April 2020 kemarin di Poktan Kasih Ibu, dibimbing oleh penyuluh pendamping Arina; Detty, Nurhasan, telah nyata membuktikan bahwa petani garda terdepan penyumbang pangan, tidak berhenti untuk terus berproduksi menanam padi dengan hamparan lahan seeluas 15 hektar. Â Kini padi mereka telah berumur kisaran antara 20--30 hari setelah tanam. Â Bila ditambahkan umur pindah tanam semaian 15 hari, maka kondisi realtime tanaman umur 35-45 hari.Â
Kondisi tanaman saat ini Seolah tak mau kalah dengan Corona,  tanamanpun juga  membutuhkan perhatian, yakni melalui pemeliharaan ekstra dari petani dan petugas lapang.  Ditengarai bahwa pada tanaman tersebut ternyata ditemukan OPT Lalat bibit (Hydrellia pilippina), yang selama ini belum pernah ditemui.Â
Luas Serangan mencapai 6 hektar, dengan populasi 0,46 ekor per rumpun padi.  Namun demikian petugas POPT, Supadi dengan sigap dan profesional  telah melakukan pengendalian dengan Musuh alami Paedorus dengaan populasi 0,23 ekor/rumpun, dengan Intensitas Serangan 10,36 % (ringan).  Dengan demikian masih terdapat 8 hektar tanaman padi yang harus diwaspadai, dan perlu dilakukan tindakan.
Bersamaan dengan ini Poktan Kasih Ibu yang diketuai oleh Kamilah El Tiha, gerak cepat melakukan Gerakan Pengendalian hama (Gerdal) bersama para anggotanya yang sekitar 95 % adalah wanita tangguh. Â Hal ini dibuktikan, bahwa tanpa segan-segan mereka memanggul handsprayer dan isinya seberat 20 kiligram. Â